Dinamika Diskriminasi dan Rasisme: Tantangan Sosial Migran di Jerman

Sasha Priskilla Mauredyta
Mahasiswa Sarjana Hubungan Internasional, Universitas Udayana
Konten dari Pengguna
19 Desember 2023 12:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sasha Priskilla Mauredyta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Pexels.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejak berakhirnya Perang Dunia II, Jerman dikenal sebagai salah satu negara yang membuka lebar tangannya untuk menerima migran dari berbagai negara di sekitarnya, dan seiring dengan berjalannya waktu, jangkauan masyarakat yang bermigrasi ke Jerman juga semakin meluas. Tidak hanya sesama masyarakat yang berasal dari Eropa saja yang bermigrasi ke Jerman, melainkan masyarakat dari benua-benua lain seperti Afrika, Amerika, dan Asia juga melakukan aktivitas migrasi ke Jerman.
ADVERTISEMENT
Dari waktu ke waktu, alasan masyarakat yang bermigrasi ke Jerman pun beragam. Ada yang bermigrasi karena mencari perlindungan dari konflik atau perang di negaranya, ada juga yang ingin mengikuti program Gastarbeiter atau pekerja tamu asing yang dibuat oleh pemerintah Jerman karena kurangnya tenaga kerja di sana, kemudian ada juga yang bermigrasi untuk melakukan riset atau menempuh suatu jenjang pendidikan tertentu di Jerman, serta ada juga masyarakat yang bermigrasi ke Jerman karena merasa bahwa Jerman memberikan peluang yang besar untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan dalam berbagai aspek.
Namun, semakin beragamnya latar belakang masyarakat yang bermigrasi ke Jerman tidak bisa terlepas dari tantangan sosial yang berasal dari masyarakat di negara itu sendiri. Tidak semuanya, melainkan sebagian besar masyarakat di kawasan Eropa termasuk Jerman, dikenal memiliki sifat yang rasis dan diskriminatif terhadap beberapa golongan suku, ras, dan agama tertentu. Dapat dikatakan bahwa sampai saat ini, isu rasisme dan diskriminatif di Jerman menjadi suatu hal yang kompleks dan cukup rumit untuk diatasi.
ADVERTISEMENT
Jika kita sedikit menoleh ke masa lalu, ada kemungkinan bahwa salah satu faktor yang menumbuhkan sifat rasisme dan diskriminatif oleh sebagian masyarakat Jerman adalah Rezim Nazi (1933-1945), yang mana pada saat itu Adolf Hitler dikenal sebagai seorang pemimpin yang diktator, dan ia membuat berbagai kebijakan yang bersifat diskriminatif dan merugikan kaum-kaum minoritas seperti masyarakat Romani, Yahudi, dan lain sebagainya. Bahkan tidak sebatas itu, seperti yang telah diketahui bahwa pada masa itu, kaum-kaum minoritas yang didiskriminasi juga dianiaya dengan cara yang kejam. Maka, tidak dapat dipungkiri bahwa masa kelam tersebut masih memberikan dampaknya bagi masyarakat Jerman serta imigran-imigrannya sampai saat ini.
Masa Pemerintahan Adolf Hitler. Sumber: Shutterstock.com
Dalam menanggapi isu rasisme dan diskriminatif oleh masyarakat Jerman terhadap para migran, pemerintah Jerman sendiri telah mengeluarkan beberapa kebijakan yang bertujuan untuk lebih memperhatikan keamanan dan kesejahteraan masyarakat yang bermigrasi ke Jerman. Salah satu contohnya adalah Undang-undang Allgemeines Gleichbehandlungsgesetz (AGG). AGG menekankan pada tindakan anti-diskriminasi dan kesetaraan perlakuan masyarakat secara umum, agar siapapun dapat menerima hak yang sama dalam berbagai bidang kehidupan. Melalui kebijakan ini, pemerintah Jerman berharap bahwa para migran dan masyarakat lokal Jerman dapat hidup berdampingan dengan damai tanpa adanya perlakuan rasisme dan diskriminatif.
ADVERTISEMENT
Namun, seperti yang dapat dilihat pada kenyataan saat ini bahwa kebijakan yang tujuannya semulia apapun tidak akan bisa efektif mengatasi isu rasisme dan diskriminatif secara keseluruhan di Jerman tanpa adanya kesadaran dari masyarakat yang bersangkutan. Penting untuk diingat bahwa peran dan kesadaran masyarakat sangat diperlukan dalam hal ini. Oleh karena itu, kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Jerman harus dijalankan secara bersamaan dengan peran langsung dari masyarakat Jerman. Tentu akan memerlukan waktu yang cukup lama, namun secara bertahap, tindakan rasisme dan diskriminasi di Jerman dapat mulai berkurang intensitasnya. Dengan begitu, masyarakat yang bermigrasi ke Jerman pun dapat merasakan hidup dengan lebih aman, nyaman, dan sejahtera.

Referensi

“Allgemeines Gleichbehandlungsgesetz (AGG).” Antidiskriminierungsstelle, www.antidiskriminierungsstelle.de/DE/ueber-diskriminierung/recht-und-gesetz/allgemeines-gleichbehandlungsgesetz/allgemeines-gleichbehandlungsgesetz-node.html.
ADVERTISEMENT
Deutsche Welle (DW). “Orang Asia Di Jerman Jadi Target Stereotip Rasisme Dan Kekerasan.” Detiknews, 22 Mar. 2021, news.detik.com/dw/d-5502428/orang-asia-di-jerman-jadi-target-stereotip-rasisme-dan-kekerasan. Accessed 15 Dec. 2023.
Fürstenau, Marcel. “Rasisme Menimpa Warga Kulit Hitam, Asia Dan Kaum Muslim – DW – 08.11.2023.” Dw.com, 8 Nov. 2023, www.dw.com/id/rasisme-menimpa-warga-kulit-hitam-asia-dan-kaum-muslim/a-67340703. Accessed 15 Dec. 2023.
Intan, Tania. “NOVEL CHARLOTTE KARYA DAVID FOENKINOS: SEBUAH NARASI TENTANG DISKRIMINASI, RASISME, DAN HOLOCAUST.” Jurnal POETIKA, vol. 5, no. 2, 31 Dec. 2017, p. 96, https://doi.org/10.22146/poetika.28979. Accessed 15 Dec. 2023.
Maharani, Esthi, and Fergi Nadira. “Rasisme Dan Diskriminasi Jadi Masalah Serius Di Jerman.” Republika Online, 6 May 2022, internasional.republika.co.id/berita/rbgd9t335/rasisme-dan-diskriminasi-jadi-masalah-serius-di-jerman. Accessed 15 Dec. 2023.