news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Di balik Kisah dan Keunikan Dawet Ayu Banjarnegara

Satrio Mur Bayu
Seorang Penulis
Konten dari Pengguna
9 Februari 2020 12:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Satrio Mur Bayu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sajian dawet ayu khas Banjarnegara. (Foto: Satrio Mur Bayu)
zoom-in-whitePerbesar
Sajian dawet ayu khas Banjarnegara. (Foto: Satrio Mur Bayu)
ADVERTISEMENT
Jika anda berwisata ke Banjarnegara belum lengkap rasanya jika belum menikmati sajian segarnya Dawet Ayu khas Banjarnegara. Minuman yang digemari para wisatawan ini berawal dari perpaduan santan, air gula Jawa dan isinya dawet yang terbuat dari bahan tepung beras serta sedikit tepung pohon aren.
ADVERTISEMENT
Dalam pembuatannya, dawet ayu menggunakan air perasan daun pandan atau daun suji sehingga akan berwarna hijau. Dengan aroma khas yang wangi serta alami inilah yang membuat aroma dari dawer ayu semakin nikmat. Beberapa penjual Dawet Ayu sering menambahkan buah nangka maupun buah durian, hal ini untuk menambah kelezatan dari Dawet Ayu sendiri.
Meskipun sudah terkenal ke segala penjuru nusantara hingga kini masih sering muncul pertanyaan mengapa disebut Dawet Ayu?
Mengenai nama dari dawet ayu, terdapat beberapa versi yang berkembang di masyarakat.
Versi pertama, menurut seniman Banyumasan Ahmad Tohari, ia menceritakan jika berdasarkan cerita secara turun-temurun, dahulu ada sebuah keluarga yang berjualan dawet pada masa sekitar awal abad ke-20. Generasi ketiga penjual dawet itu cukup terkenal karena parasnya yang cantik. Sejak saat itu, dawet yang dijual pun disebut kebanyakan orang sebagai Dawet Ayu.
ADVERTISEMENT
Pada versi yang kedua, hampir sejalan dengan apa yang disampaikan oleh seniman Ahmad Tohari, berupa keterangan tokoh masyarakat dikawasan Banyumas, KH Khatibul Umam Wiranu. Menurut dirinya, asal usul nama dawet ayu muncul ketika penjual dawet yang bernama Munardjo. Istrinya memilik paras yang cantik sehingga dawetnya disebut dawet ayu. Mereka sudah meninggal sekitar tahun 1960-an
Selain namanya yang unik, terdapat keunikan lainnya yang terdapat di bagian atas pikulan atau gerobak untuk berjualan dawet ayu. Jika dilihat, gerobak penjual dawet ayu selalu terpasang dua tokoh pewayangan yaitu punakawan yang sering muncul dalam seni pertunjukan wayang kulit. Tokoh itu ialah Semar dan Gareng. Jika nama mereka digabung atau disingkat, maka akan membuat sebuah nama baru, yaitu Mareng. Dalam istilah bahasa jawa khususnya Jawa Tengah, kata mareng mempunyai makna yaitu peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau. Dalam filosofi ini, para penjual dawet ayu berharap jika musim kemarau segera tiba, sehingga orang-orang akan merasa kehausan dan membeli dagangannya.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini belum jelas versi mana yang sesuai dengan kisah dari nama dawet ayu. Meski begitu, nama dawet ayu khas Banjarnegara sudah terkenal hingga seluruh penjuru Indonesia.