Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Mengurai Fenomena Pseudotourism, Merajut Pariwisata yang Berdampak Nyata
1 Mei 2025 20:48 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Syarif Hidayat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Di tengah geliat pariwisata nasional pasca-pandemi, muncul fenomena pseudotourism yakni situasi di mana aktivitas wisata tampak berkembang pesat secara angka, namun tidak berdampak signifikan terhadap peningkatan ekonomi lokal.
ADVERTISEMENT
Fenomena ini menjadi alarm penting bagi para pengelola destinasi dan pemangku kepentingan untuk meninjau ulang strategi promosi pariwisata, khususnya di tingkat daerah. Pseudotourism membuat pertumbuhan semu tanpa kontribusi nyata yang berdampak pada perputaran ekonomi sektor pariwisata.
Pseudotourism mengacu pada realitas di mana jumlah kunjungan wisata meningkat, tetapi dampak ekonominya justru stagnan atau bahkan nihil. Misalnya saja wisatawan yang datang hanya untuk swafoto di spot ikonik, tanpa membeli produk lokal, dan tidak menggunakan jasa pemandu, atau menginap di homestay milik warga. Kunjungan seperti ini hanya memberikan angka statistic saja, bukan kesejahteraan.
Ada beberapa penyebabnya antara lain, promosi yang terlalu fokus pada aspek visual dan viralitas, tidak disertai narasi nilai tambah, pembangunan destinasi yang berorientasi pada estetika fisik tanpa penguatan kapasitas masyarakat serta ketidakterhubungan antara promosi dan kesiapan destinasi.
ADVERTISEMENT
Apabila ini tidak ada formula pendekatan strategi promosi yang menekankan pada tata nilai, bisa jadi dianggap sebagai kegagalan strategi promosi yang hanya mengandalkan berbasis kuantitas.
Promosi pariwisata daerah seringkali masih terjebak pada logika dengan kata lain, sebanyak-banyaknya kunjungan tanpa mempertimbangkan profil, daya beli, serta perilaku wisatawan akan menyeret pada sebuah ketidakpastian. Kampanye media sosial yang viral memang menggoda, namun tanpa ekosistem layanan yang siap, hasilnya hanya ramai sesaat.
Fenomena ini mencerminkan ketidakseimbangan antara branding dan readiness. Banyak daerah gencar berpromosi, tetapi minim kurasi produk wisata, kurang pelibatan masyarakat, dan tidak ada strategi retensi wisatawan. Alhasil, wisatawan hanya datang lalu pergi, tanpa meninggalkan nilai.
Strategi Promosi Baru Dari Sekadar Viral Menuju Dampak Nyata
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi jebakan pseudotourism, promosi pariwisata daerah perlu beralih dari pendekatan berbasis kuantitas ke pendekatan berbasis dampak. Strategi berikut bisa menjadi pijakan seperti:
1. Mengembangkan Narasi Khas Daerah (Place Storytelling)
Promosi harus mengangkat keunikan lokal berbasis budaya, sejarah, dan pengalaman otentik. Ini mendorong wisatawan untuk tidak sekadar datang, tapi juga memahami, menghargai dan berinteraksi.
2. Melibatkan Komunitas dalam Promosi dan Pelayanan Wisatawan
Masyarakat lokal seharusnya menjadi wajah utama promosi. Pelatihan digital marketing, penguatan produk lokal, dan penyediaan jasa wisata oleh warga menjadi kunci pemerataan manfaat.
3. Membangun Ekosistem Digital yang Terkurasi
Website dan media sosial pariwisata daerah tidak hanya menampilkan destinasi, tetapi juga menyediakan paket wisata berbasis komunitas, produk UMKM, dan testimoni dampak sosial.
ADVERTISEMENT
4. Kolaborasi Antar-OPD dan Dunia Usaha
Promosi tidak boleh hanya tanggung jawab dinas pariwisata. Dinas UMKM, pertanian, budaya, dan bahkan pendidikan harus dilibatkan untuk menciptakan keterhubungan sektor.
5. Monitoring Dampak Sosial-Ekonomi Wisatawan
Setiap kegiatan promosi sebaiknya dibarengi evaluasi berbasis data, apakah wisatawan menginap, berbelanja, dan memakai jasa lokal? Ini penting untuk menghindari ilusi keberhasilan.
Oleh sebab itu, pariwisata bukan hanya tentang datangnya orang untuk berkunjung ke sebuah destinasi pariwisata dan menjadikannya sebagai panggung visual saja, melainkan harus menjadi kenangan dan kesan berharga yang berdampak terhadap proses kehidupan positif.
Menghadapi tantangan pseudotourism, daerah tidak bisa lagi mengandalkan promosi yang hanya mengejar angka. Yang dibutuhkan adalah promosi strategis yang membawa manfaat konkret dari UMKM yang hidup, warga yang sejahtera, hingga budaya yang lestari. Sebab, pariwisata sejatinya bukan tentang seberapa banyak yang datang, tapi seberapa banyak yang Kembali dan meninggalkan dampak positif.
ADVERTISEMENT
Penulis: Syarif Hidayat (Dosen Pariwisata Sejarah STIABI RU Tasikmalaya & Direktur Riset dan Investasi BPPD Kabupaten Ciamis)