Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
2 Sifat Kebenaran dalam Sejarah
20 November 2024 16:47 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam mempelajari sejarah , masyarakat sering kali dihadapkan pada berbagai narasi yang berbeda tentang peristiwa yang sama. Hal ini tidak lepas dari sifat kebenaran dalam sejarah yang memang memiliki ciri khas tertentu.
ADVERTISEMENT
Kebenaran sejarah tidak selalu dapat dipahami secara objektif, karena seringkali dipengaruhi oleh pandangan dan interpretasi pribadi.
Sifat Kebenaran dalam Sejarah
Kebenaran yang disampaikan dalam sejarah sebagai ilmu bersifat empiris, yaitu mengacu pada pengetahuan dan pengalaman manusia. Mengutip dari situs uinib.ac.id, berikut ini adalah dua sifat utama yang membentuk kebenaran dalam sejarah.
1. Subjektivitas dalam kebenaran sejarah
Salah satu sifat kebenaran dalam sejarah adalah subjektivitas. Setiap sejarawan, dengan latar belakang dan pandangan dunia masing-masing, memiliki cara tersendiri dalam merekonstruksi peristiwa sejarah.
Hal ini berarti bahwa penulisan sejarah dapat dipengaruhi oleh ideologi, emosi, dan persepsi pribadi sejarawan.
Misalnya, sejarawan yang berasal dari latar belakang budaya atau politik tertentu mungkin akan menafsirkan suatu peristiwa secara berbeda dibandingkan dengan sejarawan lainnya.
ADVERTISEMENT
Subjektivitas ini menyebabkan sejarah sering kali memiliki berbagai versi yang bisa berbeda, meskipun merujuk pada peristiwa yang sama.
Oleh karena itu, kita perlu memahami bahwa sejarah bukanlah satu narasi tunggal yang pasti, tetapi lebih sebagai rangkaian interpretasi yang berkembang seiring waktu.
2. Objektivitas dalam penulisan sejarah
Di sisi lain, meskipun kebenaran sejarah sering bersifat subjektif, ada upaya yang kuat untuk mencapai objektivitas.
Objektivitas dalam sejarah berarti bahwa sejarawan berusaha untuk menyajikan fakta yang dapat diverifikasi dan dipertanggungjawabkan, tanpa terpengaruh oleh bias pribadi.
Meskipun sepenuhnya objektif sangat sulit dicapai, sejarawan berusaha untuk mengurangi pengaruh subjektivitas agar narasi yang dihasilkan lebih dapat diterima dan diakui secara luas.
ADVERTISEMENT
Sehingga, sifat kebenaran dalam sejarah ini sangat kompleks dan tidak hanya dipengaruhi oleh satu aspek saja.
Meskipun ada unsur subjektivitas yang tidak dapat dihindari, objektivitas tetap menjadi tujuan utama dalam penulisan sejarah.
Dengan memahami kedua sifat ini, masyarakat dapat lebih bijaksana dalam menyikapi berbagai narasi sejarah yang ada, dan menghargai proses panjang yang dilalui dalam merumuskan kebenaran sejarah. (Mona)