Konten dari Pengguna

4 Tokoh Pahlawan dari Jawa serta Biografi Singkatnya

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
20 Januari 2024 19:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tokoh pahlawan dari Jawa. Foto: Rizky Rahmat Hidayat/Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tokoh pahlawan dari Jawa. Foto: Rizky Rahmat Hidayat/Unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ada banyak tokoh pahlawan dari Jawa yang patut diteladani. Sebut saja, Raden Ajeng Kartini serta Jenderal Soedirman.
ADVERTISEMENT
Mari simak penjelasan berikut untuk mengenal lebih dekat tokoh pahlawan dari Jawa.

Biografi Singkat Tokoh Pahlawan dari Jawa

Ilustrasi tokoh pahlawan dari Jawa. Foto: Fahmi Anwar/Unsplash
Sejak dulu Pulau Jawa telah menjadi pusat pemerintahan sekaligus perlawanan rakyat terhadap penjajah. Tak heran apabila banyak tokoh-tokoh berpengaruh, pejuang, atau pahlawan yang berasal dari Jawa.
Dalam situs an-nur.ac.id, juga disebutkan bahwa Jawa termasuk salah satu pulau utama di Indonesia dengan sejarah yang panjang dalam perjuangan melawan penjajah.
Perjuangan dilakukan lewat berbagai cara baik jalur militer, sosial, budaya, politik, dan sebagainya. Inilah beberapa tokoh pahlawan dari Jawa yang patut diteladani serta dikenang:

1. Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara atau Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, lahir di Pakualaman pada 2 Mei 1889 dan meninggal dunia di Yogyakarta, 26 April 1959. Ia merupakan aktivis pergerakan kemerdekaan, kolumnis, politisi, serta pelopor pendidikan kaum pribumi Indonesia di masa penjajahan Belanda.
ADVERTISEMENT
Ki Hajar Dewantara diangkat sebagai Menteri Pengajaran Indonesia ke-1 di masa Presiden Soekarno (2 September-14 November 1945). Ia juga mendirikan Perguruan Taman Siswa dengan tujuan memberikan kesempatan yang sama kepada para pribumi untuk mengenyam pendidikan serupa kaum bangsawan atau orang Belanda.

2. Raden Ajeng Kartini

Raden Ajeng Kartini lahir di Jepara tanggal 21 April 1879 dan meninggal dunia di Rembang pada 17 September 1904. Ia dikenal sebagai pahlawan emansipasi wanita Indonesia. Kaum perempuan di masa itu dilarang menempuh pendidikan tinggi dan hanya boleh duduk di rumah, mengurus suami, serta anak-anak.
Kartini diperbolehkan bersekolah hingga usia 12 tahun ELS. Kemudian ia dipingit di rumah. Untuk mengisi waktu, Kartini belajar sendiri dan berkirim surat dengan teman-teman dari Belanda. Satu di antaranya ialah Rosa Abendanon.
ADVERTISEMENT
Kartini mempelajari pemikiran wanita Eropa yang maju dan ingin melakukan hal yang sama terhadap perempuan pribumi. Akhirnya setelah menikah dengan KRM Adipati Ario Singgih Djojoadiningrat (Bupati Rembang), Kartini diizinkan mendirikan sekolah wanita di timur pintu gerbang kompleks kantor Kabupaten Rembang.

3. Jenderal Soedirman

Jenderal Soedirman lahir pada 24 Januari 1916 di Purbalingga dan meninggal dunia 29 Januari 1950 di Magelang. Ia merupakan panglima besar Tentara Keamanan Rakyat. Jabatan tersebut didapatkan usai berhasil memimpin pertempuran Ambarawa pada 15 Desember 1945.
Ketika Belanda melancarkan Agresi militer II untuk menduduki Yogyakarta, Jenderal Soedirman juga memutuskan untuk memimpin gerilya meski dalam kondisi sakit. Kala itu sang jenderal mengidap penyakit tuberkulosis yang mengakibatkan paru-parunya hanya berfungsi sebelah.
ADVERTISEMENT
Dalam berperang, Soedirman harus ditandu. Hingga tujuh bulan lamanya Soedirman memimpin perang gerilya dari atas tandu. Namun, kondisi kesehatan yang terus melemah membuatnya terpaksa meninggalkan medan pertempuran.

4. Wage Rudolf Soepratman

W.R. Soepratman lahir tanggal 9 Maret 1903 di Jatinegara, Purworejo, dan meninggal dunia pada 17 Agustus 1938 di Surabaya. Ia adalah pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya. W.R. Soepratman pernah bersekolah di Makassar dan menjadi guru ketika berusia 20 tahun. Dua tahun kemudian, ia mendapat ijazah Klein Ambtenaar.
Sewaktu bekerja sebagai wartawan, gerakan nasional membuatnya tertarik. W.R. Soepratman pun akhirnya menulis buku berjudul Perawan Desa. Sayangnya, buku tersebut disita dan dilarang beredar oleh Belanda.
Kesukaannya terhadap musik tidak lepas dari pengaruh sang kakak, Roekijem, yang amat menyukai musik serta sandiwara. Dari sini dia pun berhasil menguasai biola dan cara membuat lagu. Akhirnya lahirlah lagu Indonesia Raya tatkala dirinya berusia 21 tahun.
ADVERTISEMENT
Itulah beberapa tokoh pahlawan dari Jawa serta biografi singkatnya yang menarik disimak. Perjuangan mereka patut dijadikan contoh, khususnya bagi generasi muda. (DN)