Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
4 Tokoh Perang Puputan antara Indonesia dan Belanda
10 Desember 2023 22:58 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Tokoh perang Puputan di Bali terdiri dari beberapa orang karena perang puputan sendiri sudah terjadi sebanyak empat kali antara masyarakat Bali dan juga Belanda.
ADVERTISEMENT
Perang puputan di Bali, terdiri dari Puputan Klungkung, Puputan Jagaraga, Puputan Badung, dan Puputan Margarana. Berikut adalah pembahasan mengenai perang puputan dan tokoh perang puputan.
Tokoh Perang Puputan
Puputan adalah habis-habisan dalam bahasa Bali. Puputan sendiri berarti perang atau perlawanan habis-habisan hingga titik darah terakhir.
Perlu dicatat bahwa puputan bukanlah usaha untuk meraih kemenangan, melainkan untuk menyambut kematian di hadapan musuh sampai habis tidak tersisa.
Perang ini bisa diikuti oleh semua rakyat tanpa terkecuali, mulai anak-anak, remaja, dewasa, dari semua kasta termasuk keluarga kerajaan.
Berdasarkan buku Cerita Perang Kemerdekaan Indonesia karya Mujibah Utami, perang puputan di Bali tercatat terjadi sebanyak empat kali. Berikut adalah puputan di Bali beserta tokohnya:
1. Puputan Klungkung
Puputan Klungkung pecah setelah Belanda melanggar perjanjian mengenai patroli pada April 1908. Dalam jangka waktu kurang lebih satu minggu, peperangan terus terjadi meskipun Kerajaan Klungkung kewalahan dengan serangan Belanda.
ADVERTISEMENT
Raja Dewa Agung Jambe II memimpin 3.000 pasukan untuk melawan Belanda hingga gugur pada 28 April 1908. Selain sang raja, beberapa tokoh Kerajaan Klungkung yang gugur dalam puputan ini, yaitu Cokorda Gelgel, Dewa Agung Gede Semarabawa, Dewa Agung Muter, dan putra mahkota kerajaan.
2. Puputan Jagaraga
Puputan Jagaraga terjadi pada 1848 - 1849 dengan kepemimpinan Patih Jelantik di Buleleng, Bali. Puputan terjadi karena Raja Buleleng dan Raja Karangasem saat itu tidak mentaati kesepakatan yang telah dilakukan dengan Belanda.
Selain I Gusti Ketut Jelantik, tokoh puputan Jagaraga lain adalah I Gusti Ngurah Made Karangasem yang tewas dalam pertempuran dan Jro Jempiring yang menghunuskan keris pada diri sendiri.
3. Puputan Badung
Puputan Badung terjadi pada tahun 1906 yang terjadi karena permasalahan antara seorang pedagang China bernama Kwee Tek Tjiang dengan masyarakat Badung. Pedagang tersebut memfitnah Syahbandar Sanur telah mencuri sejumlah uang.
ADVERTISEMENT
Kabar tersebut terdengar hingga pihak Belanda dan akhirnya perang dengan I Gusti Ngurah Made Agung tidak terelakkan karena pihak Kerajaan Badung tetap tidak mau bertanggung jawab.
4. Puputan Margarana
Puputan Margarana dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai pada tahun 1946 di Desa Marga. Selain I Gusti Ngurah Rai yang tewas karena serangan Belanda, ada 96 orang pasukan yang tewas.
Pertempuran itu terjadi karena I Gusti Ngurah Rai yang mencintai Indonesia, menolak ajakan Belanda untuk membangun Negara Indonesia Timur.
Demikian adalah tokoh perang puputan antara Indonesia dan Belanda. (SP)