Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.0
Konten dari Pengguna
5 Bentuk Perjuangan Melawan Penjajah di Daerah Banten
22 Februari 2024 21:30 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Berbagai bentuk perjuangan melawan penjajah di daerah Banten yang dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa, telah mewarnai sejarah masyarakat Nusantara dalam melawan kolonialisme.
ADVERTISEMENT
Perlawanan terhadap penjajah tersebut, merupakan bagian integral dari dinamika politik berbagai kerajaan yang ada di Indonesia pada masa lampau.
Perjuangan Melawan Penjajah di Daerah Banten
Dikutip dari situs dinsos.bantenprov.go.id, Sultan Ageng Tirtayasa lahir di Banten pada 1631 dan meninggal tahun 1683.
Beliau merupakan anak dari Sultan Abdul Ma’ali Ahmad dan Rau Martakusuma, yang sebelumnya menjabat sebagai Sultan Banten dari tahun 1640 hingga 1650.
Semasa kecilnya, ia dikenal dengan gelar Pangeran Surya. Setelah wafatnya Sultan Abdul Ma’ali, Kemudian ia diangkat menjadi Sultan Muda bergelar Pangeran Rau atau Pangeran Dipati.
Kemudian, setelah kematian kakeknya, ia naik tahta sebagai sultan dengan gelar Sultan Abdul Fathi Abdul Fattah.
Nama "Sultan Ageng Tirtayasa" diberikan saat beliau mendirikan keraton baru di dusun Tirtayasa, yang terletak di Kabupaten Serang.
ADVERTISEMENT
Berikut ini berbagai bentuk perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa dalam memimpin rakyat Banten melawan kolonialisasi Belanda:
1. Perang Gerilya
Sultan Ageng Tirtayasa menggunakan taktik gerilya untuk melawan pasukan Belanda.
Dengan memanfaatkan medan yang sulit di wilayah Banten, pasukan Sultan mampu melakukan serangan mendadak dan menghindari konfrontasi terbuka yang tidak menguntungkan.
2. Sabotase Kapal Perdagangan Belanda
Sultan Ageng Tirtayasa juga melakukan serangan terhadap kapal-kapal perdagangan Belanda yang memasuki perairan Banten.
Tindakan sabotase ini berhasil mengganggu jalur perdagangan dan mengurangi kekuatan ekonomi Belanda di wilayah tersebut.
3. Menjalin Kerjasama Perdagangan dengan Pedagang Asing
Sultan Ageng Tirtayasa menjalin kerjasama perdagangan dengan pedagang asing, seperti pedagang Melayu, Arab, India, dan Iran.
Hal ini tidak hanya menguntungkan secara ekonomi tetapi juga memperluas jaringan diplomasi dan mendapatkan dukungan logistik untuk perlawanan melawan Belanda.
ADVERTISEMENT
4. Membangun Keraton di Tirtayasa
Sultan Ageng Tirtayasa membangun keraton yang kuat di Tirtayasa sebagai pusat pemerintahan dan pertahanan.
Keraton ini menjadi markas strategis dalam mengorganisir perlawanan terhadap penjajah Belanda.
5. Menjalin Persahabatan dengan Penguasa Daerah
Sultan Ageng Tirtayasa berhasil menjalin hubungan persahabatan dengan penguasa daerah lain, seperti Kesultanan Aceh, Gowa, dan Ternate.
Kerjasama ini memperkuat posisi Banten dalam perlawanan melawan penjajah Belanda.
Perjuangan melawan penjajah di daerah Banten yang dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa menggambarkan keteguhan dan keberanian dalam mempertahankan kedaulatan dan martabat bangsa.
Upaya-upaya tersebut memberikan inspirasi bagi generasi selanjutnya dalam menegakkan keadilan dan kebebasan dari penjajahan.