Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.80.1
Konten dari Pengguna
5 Tradisi Ibu Hamil di Jawa yang Masih Dilaksanakan hingga Kini
18 September 2024 12:04 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jawa menjadi salah satu wilayah di Indonesia yang dikenal masih kental dengan tradisinya. Salah satu yang masih dijalankan hingga kini adalah beberapa macam tradisi Ibu Hamil di Jawa.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Jawa meyakini bahwa kehamilan merupakan masa rentan bayi maupun ibu yang mengandungnya.
Bahkan di daerah Jawa berlaku berbagai macam pantangan baik untuk ayah maupun ibu bayi, seperti tidak boleh menghina orang lain, tidak boleh duduk di tengah pintu, tidak boleh membunuh binatang, dan lain sebagainya.
Tradisi Ibu Hamil di Jawa
Dikutip dari buku Kitab primbon Jawa serbaguna, R. Gunasasmita, (2009:77), dijelaskan bahwa jika seorang perempuan hamil, maka akan dilakukan selamatan dari masa kehamilan hingga kelahiran sang bayi. Beberapa di antaranya yakni sebagai berikut ini.
1. Selamatan Kehamilan 3 Bulan
Jenis makanan yang umum disajikan pada saat selamatan kehamilan tiga bulan adalah nasi tumpeng dengan urap yang jumlah warnanya harus ganjil, bubur merah dan putih, bubur baro-baro, pipis kental, jajan pasar, serta kembang boreh.
ADVERTISEMENT
2. Mapati
Pada masa kehamilan empat bulan, dilaksanakan kembali selamatan. Berdasarkan kepercayaan Islam, di usia janin ke-4 bulan merupakan waktu di mana ditiupkannya ruh.
Oleh karenanya, diadakanlah upacara Ngapati (Ngupati) yang diisi dengan doa sebagai ungkapan rasa syukur, tunduh, dan penyerahan.
3. Tingkeban
Bagi masyarakat Jawa, istilah tingkeban tentu sudah tidak asing karena hampir setiap ibu hamil yang usia kandungannya 7 bulan melaksanakannya.
Hidangan yang disajikan saat pelaksanaan tradisi ini berupa labu, rujak tujuh jenis buah, umbi-umbian, tumpeng dengan lauk ikan laut, ayam ingkung, sayur, nasi liwet, ketupat, lepet, tujuh jenis bubur, dawet, dan jajanan pasar.
4. Mrocoti atau Ndadung
Tradisi mrocoti atau ndadung umum dilaksanakan pada usia kehamilan ke-sembilan bulan. Sesuai penamaannya, dalam pelaksanaannya, leher calon ibu diikat dengan longgar menggunakan tali dadung dan suaminya membawanya ke kandang kerbau atau sapi.
ADVERTISEMENT
Untuk hidangan yang disajikan berupa jenang dari tepung ketan, santan kelapa, dan gula kelapa.
5. Ndaweti
Apabila usia kandungan sudah mencapai 10 bulan tetapi sang bayi belum lahir, diadakan tradisi ndaweti.
Hidangan utama yang disajikan adalah dawet plecing, penggambaran harapan orang tua agar anak-anaknya diberkahi dengan kehidupan manis serta kekayaan besar seperti biji dawet yang lezat dan berlimpah.
Demikianlah penjelasan mengenai tradisi Ibu Hamil di Jawa yang hingga kini masih dijalankan oleh masyarakat, terutama di daerah pedesaan.