Akibat Peristiwa Bandung Lautan Api bagi Pasukan AFNEI

Ilustrasi Akibat Peristiwa Bandung Lautan Api bagi Pasukan AFNEI Adalah, Foto: Pexels/Pixabay

AFNEI adalah pasukan Inggris yang bertugas untuk menjalankan tugas pasca Perang Dunia II. Saat terjadi peristiwa bandung lautan api di Indonesia, ada beberapa akibat peristiwa bandung lautan api bagi pasukan AFNEI dan kronologi kisahnya.

Mengutip dari Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) di Sumatera 1945-1946, oleh Suyami, et al, (2013), dalam situs lib.ui.ac.id, di Sumatera, pasukan ini difokuskan di kota-kota penting di Sumatera yaitu Medan, Padang, Bukittinggi, dan Palembang.

Dikutip dari Bandung Lautan Api - Ensiklopedia Sejarah Indonesia, dalam situs esi.kemdikbud.go.id, adapun untuk kisahnya di Bandung sendiri, peristiwa bandung lautan api berawal dari kedatangan pasukan Sekutu yang tergabung dalam AFNEI tersebut.

Akibat Peristiwa Bandung Lautan Api bagi Pasukan AFNEI

Ilustrasi Akibat Peristiwa Bandung Lautan Api bagi Pasukan AFNEI Adalah, Foto: Pexels/Alfo Medeiros

Akibat peristiwa Bandung Lautan Api bagi pasukan AFNEI adalah tidak berhasil menguasai Kota Bandung. Sebenarnya, peristiwa Bandung Lautan Api ini tidak berdampak langsung pada pasukan AFNEI, melainkan pada pasukan Sekutu dan NICA.

Pasukan tersebut berusaha merebut kemerdekaan Indonesia. Dikutip dari Bandung Lautan Api - Ensiklopedia Sejarah Indonesia, dalam situs esi.kemdikbud.go.id, Bandung Lautan Api adalah peristiwa pengosongan dan pembakaran kota Bandung.

Peristiwa ini dilakukan oleh rakyat dan tentara agar tidak dijadikan sebagai markas pasukan Sekutu dan Belanda (NICA). Peristiwa heroik ini terjadi tanggal 23 Maret 1946 dan dianggap sebagai salah satu peristiwa penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.

Memang benar, peristiwa Bandung Lautan Api ini awalnya terjadi karena kedatangan pasukan Sekutu yang tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies).

Panglima AFNEI bernama Jenderal Sir Philip Christison kemudian melakukan tipu muslihat dengan mengakui secara De facto kekuasaan Republik Indonesia pada 1 Oktober 1945.

Muslihat ini dilakukan agar rakyat Indonesia merasa tenang dan tidak menaruh curiga pada pasukan sekutu yang sebenarnya membonceng pasukan Belanda.

Karena itu, Tentara Sekutu mendapatkan izin dari pemerintah pusat di Jakarta untuk memasuki kota Bandung.

Dalam situs esi.kemdikbud.go.id juga dijelaskan, bahwa pada 12 Oktober 1945, pasukan Sekutu dipimpin oleh Panglima Brigjen MacDonald tiba di stasiun Bandung.

Untuk menghindari serangan tidak terduga dari para pejuang, pemerintah RI mengusulkan kepada Panglima Sekutu bahwa kedatangan mereka ke Bandung haruslah melalui kereta api istimewa dan dikawal oleh pasukan TKR.

Pengawalan ini juga harus di bawah pengawasan dari seorang utusan pemerintah pusat. Usulan ini kemudian disetujui oleh Panglima Sekutu.

Kedatangan tersebut disambut oleh pejabat daerah setempat beserta rakyat sambil membawa bendera merah putih kecil-kecil di pinggir jalur kereta api.

Pasukan Sekutu kemudian ditempatkan di beberapa gedung di Bandung Utara serta beberapa hotel di Bandung Selatan, antara lain Hotel Savoy Homann, Hotel Preanger, dan Hotel Braga (Adeng dkk. 1995: 57-58).

Pertempuran yang paling besar terjadi di Desa Dayeuhkolot, di mana terdapat gudang amunisi milik tentara Sekutu.

Dalam pertempuran ini Mohammad Toha dan Moh. Ramdan, dua anggota milisi BRI (Barisan Rakyat Indonesia) gugur setelah berhasil menghancurkan gudang amunisi tersebut dengan dinamit.

Pada pukul 24.00 malam itu, Bandung Selatan telah kosong dari penduduk dan TRI, sementara kebakaran melanda seluruh kota dan terlihat seperti lautan api.

Itulah akibat peristiwa Bandung Lautan Api bagi pasukan AFNEI dan Sekutu yang disebutkan di atas, lengkap beserta kronologi kisahnya. Peristiwa ini menjadi bagian sejarah Indonesia yang tak terlupakan. (IF)

Baca juga: Memahami Sejarah Bandung Lautan Api pada 1946