Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Arca Roro Jonggrang, Legenda di Balik Candi Prambanan
21 Oktober 2024 16:09 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dengan keanggunannya yang memikat dan detail ukiran yang halus, arca ini tidak hanya menjadi simbol kecantikan, tetapi juga melambangkan kekuatan dan keberanian.
Arca Roro Jonggrang
Arca Roro Jonggrang, yang dikenal juga sebagai Arca Durga Mahisasuramardini, merupakan salah satu elemen penting dari legenda yang melingkupi Candi Prambanan.
Mengutip dari buku Cerita-Cerita Rakyat Nusantara I, Arni Windana, (2017:190), Roro Jonggrang adalah seorang putri cantik, anak dari Raja Baka, yang dikutuk menjadi batu oleh Bandung Bondowoso.
Kutukan ini terjadi setelah Roro Jonggrang berhasil menggagalkan upaya Bandung Bondowoso untuk membangun seribu candi dalam semalam, sebuah syarat yang ia minta sebagai imbalan jika ingin menikahinya.
Dengan bantuan pasukan jin, Bandung Bondowoso hampir menyelesaikan tugas tersebut, tetapi Roro Jonggrang menggunakan tipu muslihat dengan membuat ayam berkokok lebih awal sehingga para jin lari karena mengira fajar telah tiba.
ADVERTISEMENT
Setelah mengetahui tipu daya tersebut, Bandung Bondowoso marah dan mengutuk Roro Jonggrang menjadi arca.
Arca yang diyakini sebagai perwujudan Roro Jonggrang ini terletak di bilik sebelah utara Candi Siwa, yang merupakan bagian dari kompleks Candi Prambanan.
Secara historis, arca ini adalah representasi dari Dewi Durga, yang dalam mitologi Hindu dikenal sebagai pembunuh raksasa Mahisasura.
Patung ini menggambarkan Durga berdiri di atas tubuh Mahisasura yang berbentuk kerbau, sebuah ikonografi umum dalam tradisi Hindu.
Berdasarkan penelitian arkeologi, Candi Prambanan dibangun pada abad ke-9 atau awal abad ke-10 sebagai persembahan kepada Trimurti, yakni Brahma, Wisnu, dan Siwa.
Seiring dengan waktu, arca Durga ini menarik perhatian tidak hanya bagi masyarakat setempat, tetapi juga para pelancong dan peneliti asing.
ADVERTISEMENT
Pengunjung terdahulu sering memberikan persembahan berupa bunga, dupa, hingga binatang seperti kambing di depan arca sebagai bentuk penghormatan.
Menurut catatan kolonial, beberapa peneliti bahkan menduga bagian dada arca yang berkilauan telah disentuh begitu sering oleh para pemuja sehingga terlihat seolah-olah terbuat dari logam.
Candi Prambanan, termasuk arca Roro Jonggrang, mengalami beberapa tahap pemugaran dari abad ke-19 hingga abad ke-20. Pemugaran besar-besaran dimulai pada tahun 1918 dan selesai pada 1953 untuk Candi Siwa, diikuti oleh Candi Brahma pada 1987, dan Candi Wisnu pada 1991.
Pemugaran ini dilakukan dengan tujuan mengembalikan kemegahan candi setelah berabad-abad mengalami kerusakan.
Pada akhirnya, pada tahun 1991, kompleks Candi Prambanan diakui sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO karena nilai sejarah dan arsitektur yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Itulah penjelasan Arca Roro Jonggrang yang tidak hanya menyimpan nilai religius dan artistik, tetapi juga melambangkan kekayaan budaya dan sejarah Indonesia yang diwariskan melalui legenda dan tradisi arsitektur Hindu di masa lampau.