Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Asal Mula Tradisi Adat dengan Mendoakan Bayi di Usia 7 Bulan Kehamilan
9 September 2024 4:45 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Upacara ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur dan permohonan doa kepada Tuhan agar ibu dan bayi yang dikandung diberi keselamatan serta kelancaran hingga proses persalinan.
Masyarakat percaya bahwa usia 7 bulan merupakan waktu yang penting dalam perkembangan janin, sehingga ritual ini sarat dengan makna spiritual dan harapan.
Makna dan Proses Tradisi Selametan
Dalam tradisi adat dengan mendoakan bayi di usia 7 bulan kehamilan , masyarakat percaya bahwa bayi sudah semakin siap untuk dilahirkan.
Berdasarkan buku Upacara Tradisional Masyarakat Jawa, Slamet Riyanto, 2010, ritual selametan ini mencakup serangkaian kegiatan seperti mandi dengan air yang telah diberi doa-doa khusus, memakai pakaian adat, dan memberikan sesajen.
Proses ini dipimpin oleh seorang pemuka adat atau tokoh masyarakat yang dipercaya memiliki pengetahuan spiritual. Ritual ini tidak hanya bertujuan untuk mendoakan keselamatan bayi dan ibunya, tetapi juga sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas karunia kehidupan baru.
ADVERTISEMENT
Dalam acara ini, keluarga besar turut hadir dan memberikan doa, serta menyertakan berbagai simbol tradisional seperti makanan khas dan alat-alat ritual yang melambangkan harapan keselamatan, kebahagiaan, dan kemakmuran.
Pelestarian Tradisi Selametan di Era Modern
Meskipun zaman terus berkembang, tradisi adat dengan mendoakan bayi di usia 7 bulan kehamilan masih dilaksanakan oleh banyak keluarga di Indonesia.
Dikutip dari buku Budaya dan Tradisi Masyarakat Nusantara, Indra Maulana, 2014, disebutkan bahwa meskipun beberapa elemen adat telah disesuaikan dengan kondisi modern, esensi dari tradisi ini tetap terjaga.
Kegiatan ini dianggap penting untuk menjaga hubungan spiritual antara manusia dengan Sang Pencipta, serta untuk memperkuat ikatan kekeluargaan.
Tradisi ini bukan hanya sekadar ritual , tetapi juga bentuk penghormatan terhadap budaya dan warisan leluhur. Dengan melestarikan tradisi ini, masyarakat Indonesia tidak hanya menjaga nilai-nilai spiritual, tetapi juga memperkuat kebersamaan dan rasa syukur atas anugerah kehidupan. (Anggie)
ADVERTISEMENT