Konten dari Pengguna

Asal-usul Tanjidor, Alat Musik Khas Betawi

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
17 September 2024 7:12 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi asal-usul tanjidor, foto: unsplash/Gritte
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi asal-usul tanjidor, foto: unsplash/Gritte
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Budaya Indonesia sangat beragam, salah satunya adalah kesenian tanjidor. Oleh karena itu, penting untuk memahami asal-usul tanjidor sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia.
ADVERTISEMENT
Berbagai masalah yang muncul telah membuat posisi tanjidor melemah di tengah masyarakat Indonesia. Padahal, tanjidor merupakan salah satu seni warisan leluhur.

Asal-Usul Tanjidor

Ilustrasi asal-usul tanjidor, foto: unsplash/Xavier von Erlach
Dikutip dari situs warisanbudaya.kemdikbud.go.id tanjidor adalah musik atau orkes rakyat Betawi yang menggunakan alat musik barat terutama alat musik tiup. Asal usul tanjidor awalnya berasal dari Belanda dan dibawa hingga ke Betawi ketika masa VOC.
Tanjidor adalah kesenian musik yang sering disingkat menjadi "tanji" yang berasal dari kata "menabuh." Nama ini muncul karena alat musik yang ditabuh adalah tambur, yang menghasilkan bunyi "dor dor dor."
Biasanya tanjidor digunakan untuk memeriahkan berbagai acara seperti pesta pernikahan, arak-arakan pengantin sunat, bebesanan, dan pawai hari besar.
Mengutip dari situs warisanbudaya.kemdikbud.go.id, sejarawan Belanda, F. De Haan, menyatakan bahwa tanjidor berakar dari orkes budak pada masa kolonial Belanda, atau yang dikenal dengan masa kompeni.
ADVERTISEMENT
Pada abad ke-18, Kota Batavia dikelilingi oleh benteng tinggi dan tidak banyak ruang terbuka. Pejabat tinggi kompeni kemudian membangun vila-vila di luar Batavia, seperti di Cililitan Besar, Pondok Gede, Tanjung Timur, Ciseeng, dan Cimanggis.
Di vila-vila tersebut, para budak yang memiliki keahlian memainkan alat musik sering dijadikan penghibur. Budak disana juga memainkan berbagai alat musik seperti klarinet, piston, trombon, tenor, bas trompet, bas, drum, tambur, dan simbal.
Setelah perbudakan dihapuskan pada tahun 1860, para mantan budak yang pandai bermain musik membentuk kelompok musik. Kelompok ini kemudian dikenal luas dengan nama tanjidor yang melanjutkan tradisi musik warisan masa penjajahan.
Itu tadi mengenai asal usul tanjidor. Sebagai salah satu warisan budaya, tentunya tanjidor perlu untuk dilesatarikan untuk generasi selanjutnya.
ADVERTISEMENT