Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten dari Pengguna
Bangunan Peninggalan Zaman Megalitikum Jadi Cikal Bakal Terbentuknya Candi
9 Februari 2025 19:14 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Ilustrasi Bangunan Peninggalan Zaman Megalitikum yang Jadi Cikal Bakal Terbentuknya Candi, Foto:Unsplash/Getty Images](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01jkj51q7dydanxm8f7596d775.jpg)
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pada zaman Megalitikum, manusia mulai membangun struktur batu besar yang memiliki fungsi spiritual dan sosial.
Seiring berjalannya waktu, bentuk dan konsep bangunan tersebut mengalami perkembangan yang lebih kompleks, menciptakan warisan arsitektur yang berpengaruh terhadap bangunan di masa berikutnya.
Bangunan Peninggalan Zaman Megalitikum yang Jadi Cikal Bakal Terbentuknya Candi
Bangunan peninggalan zaman Megalitikum yang merupakan cikal bakal terbentuknya candi adalah punden berundak.
Dikutip dari laman ejournal.undiksha.ac.id, punden berundak merupakan struktur bertingkat yang digunakan sebagai tempat pemujaan terhadap roh leluhur.
Kepercayaan masyarakat pada masa Megalitikum terhadap dunia spiritual mendorong mereka untuk membangun bangunan suci yang melambangkan hubungan antara manusia dan alam gaib.
Struktur bertingkat pada punden berundak mencerminkan kepercayaan akan keberadaan dunia atas yang lebih sakral, serta menunjukkan perkembangan awal dalam arsitektur yang kemudian memengaruhi bangunan-bangunan suci di masa berikutnya.
ADVERTISEMENT
Punden berundak memiliki makna simbolis yang kuat, di mana setiap tingkatannya melambangkan perjalanan menuju kesucian.
Semakin tinggi suatu tempat, semakin dekat dengan dunia spiritual yang diyakini sebagai tempat arwah leluhur bersemayam.
Konsep ini terus berkembang dan memberikan pengaruh besar dalam pembangunan arsitektur di masa setelahnya, terutama pada era Hindu-Buddha.
Struktur bertingkat pada punden berundak menjadi salah satu inspirasi utama dalam pembuatan candi , yang juga mengadopsi bentuk serupa untuk mencerminkan konsep perjalanan spiritual menuju pencerahan.
Selain sebagai tempat pemujaan, punden berundak juga berfungsi sebagai pusat kegiatan keagamaan masyarakat pada zamannya.
Upacara-upacara sakral dilakukan di punden berundak sebagai wujud penghormatan terhadap roh leluhur, yang diyakini memiliki pengaruh terhadap kehidupan mereka.
Tradisi ini kemudian diwariskan dalam budaya pembangunan candi, di mana candi tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai simbol perjalanan manusia menuju kesempurnaan spiritual.
ADVERTISEMENT
Elemen-elemen yang terdapat dalam punden berundak diadaptasi dan disempurnakan dalam arsitektur candi, menciptakan bangunan yang lebih megah dengan nilai seni dan filosofi yang lebih mendalam.
Selain itu, struktur punden berundak juga menjadi cerminan dari sistem sosial masyarakat pada masa Megalitikum, di mana tingkatan dalam bangunan ini bisa mencerminkan hierarki dalam komunitas mereka.
Konsep ini kemudian berkembang dalam arsitektur candi yang sering kali memiliki struktur bertingkat yang melambangkan berbagai tingkatan kehidupan dan spiritualitas.
Dengan adanya pengaruh dari punden berundak, candi di Nusantara memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dari arsitektur keagamaan di wilayah lain.
Dengan demikian, bangunan peninggalan zaman Megalitikum yang merupakan cikal bakal terbentuknya candi adalah punden berundak.
Struktur ini bukan sekadar bangunan biasa, melainkan cerminan dari kepercayaan, budaya, dan perkembangan arsitektur yang terus diwariskan dari generasi ke generasi hingga melahirkan bentuk candi yang dikenal saat ini. (DANI)
ADVERTISEMENT