Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Bentuk Perlawanan Cut Nyak Dien terhadap Penjajahan
5 Agustus 2024 22:57 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Cut Nyak Dien adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia yang terkenal. Bentuk perlawanan Cut Nyak Dien juga dikenal sangat gigih terhadap penjajahan Belanda di Aceh.
ADVERTISEMENT
Artikel di bawah ini akan menjelaskan lebih lanjut tentang bentuk perlawanan Cut Nyak Dien dan sosoknya yang menarik diketahui sebagai salah satu pahlawan perempuan di Indonesia.
Bentuk Perlawanan Cut Nyak Dien
Cut Nyak Dien adalah seorang pahlawan yang lahir pada tahun 1848 di Lampadang, Aceh seperti yang ditulis dalam buku Seri Pahlawan Nasional: Cut Nyak Dien.
Dia lahir dari keluarga bangsawan di Aceh. Ayahnya, Teuku Nanta Setia, adalah seorang uleebalang atau pemimpin wilayah di VI Mukim.
Cut Nyak Dien mendapatkan pendidikan agama Islam yang kuat sejak kecil. Pada usia 12 tahun, ia menikah dengan Teuku Cik Ibrahim Lamnga, seorang bangsawan dari wilayah yang sama.
Pada tahun 1873, Cut Nyak Dien dan suaminya melawan pasukan Belanda. Namun, Teuku Ibrahim meninggal dalam pertempuran di Gle Tarum pada tahun 1878.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1880, Cut Nyak Dien menikah dengan Teuku Umar, seorang pemimpin perlawanan Aceh yang terkenal. Mereka berdua melanjutkan perjuangan melawan Belanda dengan strategi gerilya yang efektif.
Mereka memanfaatkan pengetahuan tentang medan Aceh yang sulit dijangkau untuk menyerang dan kemudian bersembunyi, mempersulit Belanda untuk menangkap mereka.
Setelah kematian Teuku Umar pada tahun 1899, ia terus melanjutkan perjuangan dengan bantuan pemimpin perlawanan Aceh lainnya, termasuk pejuang setempat dan keluarga besarnya.
Sebagai seorang pemimpin, Cut Nyak Dien tidak hanya terlibat dalam pertempuran, tetapi juga memimpin dan menginspirasi pasukannya.
Cut Nyak Dien dikenal cerdas dalam mengatur strategi pertempuran. Ia mampu memanfaatkan kelemahan pasukan Belanda dan mengeksploitasi keunggulan geografis wilayah Aceh untuk menyerang secara efektif.
ADVERTISEMENT
Cut Nyak Dien terus melawan Belanda sampai ia ditangkap pada tahun 1901. Meskipun usianya sudah lanjut dan kesehatannya menurun, semangat perlawanan tidak pernah padam.
Setelah ditangkap, ia diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat, di mana ia menghabiskan sisa hidupnya hingga meninggal pada 6 November 1908.
Bentuk perlawanan Cut Nyak Dien adalah simbol keberanian bagi rakyat Indonesia, khususnya Aceh. (SP)