Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Cara Manusia Purba Menyikapi Fenomena Alam yang Keras dan Tidak Stabil
18 November 2024 18:39 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Cara manusia purba menyikapi fenomena alam yang keras dan tidak stabil mencerminkan kecerdasan dan kemampuan bertahan hidup yang luar biasa.
ADVERTISEMENT
Dalam menghadapi bencana alam seperti badai, gempa bumi, atau perubahan musim yang ekstrim, manusia purba tidak memiliki teknologi canggih untuk melindungi diri.
Sebagai gantinya, manusia purba mengandalkan pemahaman yang mendalam tentang lingkungan sekitar dan pola-pola alam yang dapat diprediksi.
Cara Manusia Purba Menyikapi Fenomena Alam yang Keras dan Tidak Stabil
Bagaimana manusia purba menyikapi fenomena alam yang keras dan tidak stabil sangat berpengaruh terhadap kondisi fisik manusia purba?
Dikutip dari buka Sejarah Indonesia Kelas X SMA Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2017, manusia purba hidup di zaman yang penuh dengan ancaman alam yang datang secara tiba-tiba, seperti badai, gempa bumi, banjir, dan perubahan musim yang ekstrem.
Tanpa teknologi canggih yang kita miliki sekarang, manusia purba harus mencari cara untuk bertahan hidup di tengah kondisi alam yang sangat tidak dapat diprediksi dan penuh dengan bahaya.
ADVERTISEMENT
Ketidakpastian ini memaksa manusia purba untuk mengembangkan kemampuan beradaptasi yang luar biasa, yang tidak hanya mengubah cara manusia purba berinteraksi dengan alam, tetapi juga berpengaruh langsung terhadap kondisi fisik manusia purba.
Salah satu cara manusia purba menyikapi fenomena alam adalah dengan mengamati pola-pola alam yang dapat membantu manusia purba memprediksi peristiwa-peristiwa alam yang akan datang.
Misalnya, manusia purba mengamati perubahan cuaca, perilaku hewan, serta pergerakan bintang untuk mengetahui kapan musim akan berubah atau kapan binatang tertentu mulai bermigrasi.
Dengan pengetahuan ini, manusia purba dapat merencanakan waktu berburu, waktu untuk mengumpulkan makanan, serta mengatur tempat tinggal dan perlindungan manusia purba.
Pola-pola tersebut memungkinkan manusia purba mempersiapkan diri untuk menghadapi musim sulit atau bencana alam , yang tentunya mengurangi ketidakpastian dalam hidup manusia purba.
ADVERTISEMENT
Namun, untuk bisa bertahan hidup, manusia purba tidak hanya mengandalkan pengamatan terhadap alam. Manusia purba juga harus secara fisik terlibat dalam aktivitas berburu, meramu, dan membangun tempat perlindungan.
Aktivitas ini sangat membutuhkan kekuatan fisik, ketahanan tubuh, dan keterampilan dalam memanfaatkan sumber daya alam.
Misalnya, manusia purba harus berjalan jauh untuk berburu atau mencari bahan makanan, yang mengharuskan manusia purba untuk memiliki stamina yang baik.
Selain itu, manusia purba harus membangun tempat tinggal yang tahan terhadap cuaca ekstrem, seperti gua atau rumah dari bahan alami yang mudah ditemukan di sekitar manusia purba.
Semua aktivitas ini membentuk tubuh manusia purba agar lebih kuat dan tahan banting terhadap berbagai kondisi alam yang keras.
ADVERTISEMENT
Ketahanan fisik manusia purba juga diuji oleh perubahan musim yang ekstrim.
Ketika musim dingin datang, manusia purba harus mampu mengatasi suhu yang sangat rendah, sedangkan pada musim panas yang terik, manusia purba harus berjuang untuk mendapatkan cukup air dan makanan.
Dalam menghadapi situasi-situasi tersebut, tubuh manusia purba berkembang menjadi lebih kuat, dengan otot yang lebih terlatih dan daya tahan yang lebih tinggi.
Keberhasilan manusia purba bertahan hidup bergantung pada kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan kondisi yang keras dan sering kali tidak dapat diprediksi.
Selain itu, manusia purba juga mengembangkan cara-cara untuk menyimpan makanan dan menjaga diri dari cuaca buruk. Manusia purba mengeringkan daging, mengumpulkan buah-buahan atau biji-bijian untuk persediaan di musim sulit.
ADVERTISEMENT
Keberadaan api juga menjadi faktor penting dalam menjaga suhu tubuh manusia purba tetap hangat di musim dingin, sekaligus untuk memasak makanan dan mengusir hewan-hewan buas.
Semua aktivitas ini membutuhkan kekuatan fisik yang tidak hanya membantu manusia purba bertahan hidup, tetapi juga membentuk tubuh manusia purba menjadi lebih kuat dan lebih siap menghadapi tantangan alam.
Namun, tidak semua tantangan alam dapat diatasi hanya dengan cara praktis. Untuk fenomena alam yang tidak dapat diprediksi, manusia purba mengembangkan sistem kepercayaan dan ritual sebagai cara untuk mengatasi ketidakpastian dan kecemasan manusia purba.
Manusia purba percaya bahwa kekuatan alam, seperti petir, angin, dan gempa bumi, merupakan tanda dari kekuatan gaib atau dewa-dewa yang mengendalikan alam semesta.
ADVERTISEMENT
Ritual-ritual dan persembahan dilakukan sebagai bentuk permohonan perlindungan atau pengharapan agar manusia purba dapat selamat menghadapi bencana alam.
Kepercayaan ini, meskipun tidak memberikan perlindungan fisik secara langsung, memberikan ketenangan psikologis yang sangat penting dalam menghadapi ketidakpastian alam.
Itulah cara manusia purba menyikapi fenomena alam yang keras dan tidak stabil. (DANI)