Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Catatan Perjalanan para Musafir, Pendeta, dan Pujangga pada Waktu Tertentu
18 November 2024 0:34 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Catatan perjalanan para musafir, pendeta, dan pujangga pada waktu tertentu sering kali menjadi saksi bisu perjalanan waktu yang menampilkan gambaran hidup masyarakat dan kebudayaan pada masa itu.
ADVERTISEMENT
Melalui tulisan-tulisannya diajak untuk menyusuri jejak-jejak langkah para penulis yang tidak hanya mengungkapkan perjalanan fisik, tetapi juga pencarian spiritual, intelektual, dan refleksi pribadi terhadap dunia di sekitar
Catatan Perjalanan para Musafir, Pendeta dan Pujangga pada Waktu Tertentu
Catatan perjalanan para musafir, pendeta dan pujangga pada waktu tertentu disebut kronik yang dikutip dari Buku Sejarah Indonesia oleh Gusma Yulita,S.Pd (2018).
1. Kronik Musafir
Para musafir, seperti Ibn Battuta, menulis kronik perjalanan yang menggambarkan tempat yang dikunjungi, serta budaya dan masyarakat yang mereka temui.
"Rihlah" karya Ibn Battuta adalah contoh terkenal yang mengisahkan pengalamannya mengelilingi dunia Islam dan Asia pada abad ke-14.
Kronik ini memberikan wawasan tentang dunia abad pertengahan dan interaksi antara berbagai budaya.
ADVERTISEMENT
2. Kronik Pendeta
Pendeta sering menulis kronik perjalanan ziarah atau pencarian ilmu, seperti yang dilakukan oleh Xuanzang, seorang biksu Buddha dari Tiongkok yang mengunjungi India pada abad ke-7.
"Great Tang Records on the Western Regions" mengandung deskripsi tentang geografi dan budaya India serta perkembangan ajaran Buddha. Kronik pendeta lebih berfokus pada perjalanan spiritual dan intelektual.
3. Kronik Pujangga
Pujangga, meski tidak selalu melakukan perjalanan fisik, sering mengangkat tema perjalanan dalam karyanya.
Marco Polo dalam "The Travels of Marco Polo" menulis kronik tentang petualangannya ke Asia, memperkenalkan dunia Timur ke Barat.
Di Indonesia, penulis seperti Pramoedya Ananta Toer menggunakan perjalanan sebagai metafora untuk menggambarkan pergulatan sosial dan politik.
4. Fungsi Kronik
Kronik perjalanan berfungsi sebagai sumber sejarah yang penting, mencatat kehidupan sosial, budaya, dan politik pada masa tertentu.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kronik juga menggambarkan pandangan pribadi penulis terhadap dunia, seperti interaksi antarbudaya, agama, dan refleksi sosial. Catatan ini membantu kita memahami dinamika perubahan sepanjang sejarah.
Kronik perjalanan yang ditulis oleh musafir, pendeta, dan pujangga memberikan wawasan mendalam tentang sejarah dan budaya pada waktu tertentu.
Catatan ini tidak hanya merekam pengalaman fisik, tetapi juga mencerminkan perjalanan intelektual dan spiritual yang membentuk pandangan dunia penulisnya. (shr)