Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Dampak Perlawanan Sisingamangaraja dan Sejarahnya yang Menarik Diketahui
13 Desember 2023 21:36 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sisingamangaraja adalah salah satu tokoh pahlawan nasional Indonesia yang berjuang melawan penjajahan Belanda di tanah Batak, Sumatera Utara. Ada beberapa dampak perlawanan Sisingamangaraja bagi bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Ia merupakan raja terakhir dari dinasti Sisingamangaraja yang memerintah selama 12 generasi. Perlawanan Sisingamangaraja melawan Belanda berlangsung selama lebih dari 30 tahun, sejak tahun 1878 hingga tahun 1907, ketika ia gugur di medan perang.
Dampak Perlawanan Sisingamangaraja
Dikutip dari buku Kisah 124 Pahlawan & Pejuang Nusantara karya Gamal Komandoko, (2006) perlawanan Sisingamangaraja tidak hanya bersifat militer, tetapi juga bersifat religius dan kultural.
Ia mempertahankan ajaran Parmalim, agama tradisional Batak, yang dianggap sesat oleh Belanda dan Kristen. Ia juga mempertahankan adat istiadat dan budaya Batak yang kaya dan unik.
Ia menjadi simbol perlawanan rakyat Batak terhadap penjajahan dan penindasan bangsa asing. Perlawanan tersebut pada akhirnya memberikan beberapa dampak yang sangat besar bagi sejarah Indonesia.
ADVERTISEMENT
Perlawanan ini menunjukkan semangat juang dan patriotisme rakyat Indonesia yang tidak mau tunduk kepada penjajah. Perlawanan ini juga menginspirasi gerakan-gerakan nasionalis lainnya di berbagai daerah di Indonesia.
Selain itu, perlawanan ini meninggalkan warisan budaya dan sejarah yang menarik diketahui oleh generasi-generasi berikutnya. Salah satu warisan budaya yang menarik adalah Istana Sisingamangaraja yang terletak di Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara.
Istana ini merupakan tempat tinggal dan pusat pemerintahan Sisingamangaraja yang dibangun pada tahun 1878 dengan arsitektur tradisional Batak. Istana ini memiliki beberapa bangunan utama, seperti rumah adat Bolon, rumah adat Sopo Partungkoan, dan rumah adat Sopo Pardomuan.
Dampak lainnya dari perlawanan ini adalah tersebarnya agama Kristen. Awalnya, penyebaran agama Kristen ini memperoleh penolakan keras oleh Raja Sisingamangaraja XII. Karena lingkungan masih kental akan kepercayaan Batak Kuno.
ADVERTISEMENT
Namun, setelah gugurnya Raja Sisingamangaraja XII, agama Kristen menjadi lebih mudah masuk ke wilayah Batak.
Itulah penjelasan mengenai dampak perlawanan Sisingamangaraja dan sejarahnya. Perlawanan ini adalah salah satu contoh heroik dari perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajahan. (WWN)