Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Konten dari Pengguna
Filosofi Ketupat Lebaran, Lebih dari Sekadar Hidangan Lezat
29 Maret 2025 20:26 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Filosofi ketupat Lebaran memiliki makna mendalam dalam budaya masyarakat Indonesia. Tidak sekadar hidangan khas Idulfitri, ketupat juga menyimpan nilai simbolis yang berkaitan dengan kehidupan dan spiritualitas.
ADVERTISEMENT
Makanan berbahan dasar beras ini telah menjadi bagian dari tradisi sejak berabad-abad lalu dan tetap dilestarikan hingga kini.
Makna Simbolis dalam Tradisi Ketupat
Dikutip dari buku Jejak Tradisi Islam di Nusantara, Agus Sunyoto, 2017:211, disebutkan bahwa filosofi ketupat Lebaran berakar dari ajaran Wali Songo yang menyebarkan Islam di Jawa.
Kata "ketupat" berasal dari istilah bahasa Jawa kupat, kependekan dari ngaku lepat yang berarti mengakui kesalahan. Tradisi ketupat saat Lebaran menjadi simbol permohonan maaf serta penyucian diri setelah menjalani ibadah puasa Ramadan.
Berdasarkan buku Budaya Kuliner Nusantara, Murdijati Gardjito, 2016:89, dijelaskan bahwa bentuk ketupat yang berlapis-lapis melambangkan kompleksitas kehidupan manusia.
Anyaman daun kelapa yang membungkus ketupat mencerminkan keterikatan sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Sementara itu, butiran beras di dalamnya menggambarkan kebersihan hati setelah melewati bulan suci.
ADVERTISEMENT
Ketupat sebagai Lambang Persatuan dan Kesederhanaan
Filosofi ketupat Lebaran juga mencerminkan nilai kebersamaan dalam budaya Indonesia. Hidangan ini tidak hanya dibuat untuk keluarga, tetapi juga dibagikan kepada tetangga dan kerabat sebagai simbol persaudaraan.
Dikutip dari buku Ragam Tradisi Lebaran di Indonesia, Sri Suhandjati Sukri, 2019:147, disebutkan bahwa tradisi mengolah dan menyantap ketupat dilakukan secara bersama-sama untuk mempererat hubungan sosial.
Di beberapa daerah, ketupat juga menjadi simbol kesederhanaan. Proses pembuatannya yang membutuhkan kesabaran dan ketelitian mencerminkan nilai kerja keras dan ketekunan.
Oleh karena itu, ketupat bukan sekadar makanan, melainkan juga media untuk memahami filosofi kehidupan.
Warisan Budaya yang Terus Dilestarikan
Filosofi ketupat Lebaran terus diwariskan dari generasi ke generasi. Kehadirannya setiap Idulfitri mengingatkan akan pentingnya saling memaafkan dan menjaga hubungan sosial.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan buku Jejak Tradisi Islam di Nusantara, Agus Sunyoto, 2017:213, ketupat bukan hanya sajian khas, tetapi juga simbol nilai-nilai spiritual yang mendalam.
Dengan berbagai makna yang terkandung, ketupat tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Lebaran.
Filosofi yang melekat di dalamnya menjadikan ketupat lebih dari sekadar hidangan lezat, tetapi juga refleksi atas kehidupan dan kebersamaan. (Haura)