Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Filosofi Tri Hita Karana: Makna dan Implementasinya
14 Maret 2025 15:31 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Filosofi Tri Hita Karana merupakan ajaran hidup yang berkembang di Bali, Indonesia, yang mengajarkan tentang keseimbangan dan keharmonisan dalam kehidupan. Filosofi ini menjadi populer dan banyak dipelajari oleh masyarakat.
ADVERTISEMENT
Mengutip Jurnal Puwadita, I Putu Gede Parmajaya (2018: 29), Tri Hita Karana adalah filosofi hidup umat Hindu yang berperan dalam mempertahankan keberagaman budaya dan kelestarian lingkungan di tengah arus globalisasi dan homogenisasi.
Makna Filosofi Tri Hita Karana
Filosofi Tri Hita Karana berasal dari kata "Tri" yang berarti tiga, "Hita" yang berarti kebahagiaan, dan "Karana" yang berarti penyebab. Dengan demikian, Tri Hita Karana mengandung makna tiga penyebab tercapainya kebahagiaan.
Pada dasarnya, ajaran Tri Hita Karana menekankan tiga hubungan utama manusia dalam kehidupan di dunia. Ketiga hubungan tersebut meliputi hubungan dengan sesama manusia, hubungan dengan alam, dan hubungan dengan Tuhan.
Setiap hubungan ini memiliki pedoman untuk saling menghargai antara satu sama lain. Prinsip penerapannya harus seimbang dan selaras. Ketika keseimbangan tercapai, manusia akan hidup dengan menghindari tindakan yang dapat menimbulkan dampak negatif.
ADVERTISEMENT
Implementasi Tri Hita Karana di Bali
Implementasi Tri Hita Karana dalam kehidupan sehari-hari mencakup tiga aspek utama yang saling terikat. Masing-masing aspek ini memiliki peran dan aplikasi yang berbeda dalam menjaga keseimbangan hidup.
1. Hubungan dengan Tuhan (Parahyangan)
Hubungan dengan Tuhan dalam filosofi Tri Hita Karana mengajarkan pentingnya menjaga keharmonisan spiritual melalui upacara keagamaan, peribadatan, dan kesadaran akan adanya kekuatan yang lebih tinggi yang mengatur kehidupan.
Dalam konteks Bali, upacara keagamaan yang dilakukan secara rutin mencerminkan implementasi dari hubungan ini. Mereka meyakini bahwa menjaga hubungan baik dengan Tuhan akan membawa berkah dan kesejahteraan.
2. Hubungan dengan Sesama Manusia (Pawongan)
Aspek Pawongan mengajarkan pentingnya hubungan sosial yang baik antara individu, keluarga, masyarakat, dan sesama umat manusia. Prinsip ini mencakup rasa saling menghormati, tolong-menolong, dan menjalin hubungan yang harmonis.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Bali mempraktikkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari dengan membantu tetangga yang membutuhkan, menjaga kerukunan antar sesama, dan mendukung kegiatan sosial yang bertujuan untuk kesejahteraan bersama.
3. Hubungan dengan Alam (Palemahan)
Aspek Palemahan mengajarkan tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan alam sekitar. Di Bali, ini tercermin dalam pengelolaan alam yang sangat hati-hati dan berkelanjutan.
Praktik pelestarian lingkungan, seperti mengurangi sampah plastik, menjaga keberagaman hayati, dan menghindari eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan, merupakan bentuk implementasi prinsip ini dalam kehidupan modern.
Demikianlah penjelasan seputar filosofi Tri Hita Karana. Prinsip ini mengajarkan bahwa ketiga hubungan tersebut tidak dapat dipisahkan, dan masing-masing harus dijaga dengan baik. (Nab)