Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Hubungan Keberhasilan Pelaksanaan Pemilu 1955 dengan Pelaksanaan Demokrasi
28 Oktober 2024 14:00 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Keberhasilan penyelenggaraan pemilu ini mencerminkan semangat demokrasi yang kuat di kalangan masyarakat Indonesia pada masa itu dan menjadi tolok ukur keberhasilan pelaksanaan demokrasi di masa-masa berikutnya.
Hubungan Keberhasilan Pelaksanaan Pemilu 1955 dengan Pelaksanaan Demokrasi
Bagaimana hubungan keberhasilan pelaksanaan pemilu 1955 dengan pelaksanaan demokrasi di Indonesia?
Mengutip dari buku Aparatur Sipil Negara dan Pemilu Perspektif Demokrasi di Indonesia, Dr. Sarjiyati, S.H., M.H., dkk., (2022:85), pemilu 1955 adalah pemilihan umum pertama di Indonesia dan memiliki peran besar dalam perkembangan demokrasi di negara ini.
Dalam pemilu tersebut, rakyat diberi kesempatan untuk memilih langsung wakil-wakil yang akan duduk di DPR dan Konstituante, yang bertugas menyusun aturan dan kebijakan penting bagi bangsa.
ADVERTISEMENT
Pelaksanaannya menunjukkan semangat demokrasi, di mana rakyat dapat terlibat dalam menentukan arah pemerintahan.
Pemilu ini menjadi simbol bahwa kekuasaan berada di tangan rakyat. Pemerintah tidak lagi memonopoli keputusan politik, melainkan membiarkan rakyat memilih wakilnya melalui proses yang terbuka dan adil.
Lebih dari 30 partai politik ikut serta, mencerminkan keberagaman ide dan kebebasan berpendapat, dua elemen penting dalam demokrasi. Semua warga negara berusia 18 tahun atau sudah menikah, termasuk tentara dan polisi, diizinkan untuk ikut memilih.
Pemilu 1955 dipersiapkan dengan baik meskipun Indonesia saat itu masih menghadapi keterbatasan ekonomi dan infrastruktur. Pemerintah menyebarluaskan informasi pemilu melalui media dan sosialisasi langsung, sehingga masyarakat paham cara berpartisipasi.
Pada hari pemilihan, partisipasi sangat tinggi, mencapai hampir 88% dari pemilih terdaftar. Pemungutan suara dilakukan dalam dua tahap, yaitu pada 29 September untuk memilih anggota DPR dan 15 Desember untuk memilih anggota Konstituante.
ADVERTISEMENT
Pemilu ini berhasil menghasilkan wakil rakyat dan Dewan Konstituante yang bertugas menyusun konstitusi baru. Namun, perbedaan pandangan politik di Konstituante membuat proses penyusunan konstitusi mengalami kebuntuan.
Akibatnya, pada 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekret Presiden yang mengakhiri demokrasi parlementer dan mengembalikan sistem presidensial.
Meskipun begitu, Pemilu 1955 tetap menjadi pencapaian besar bagi Indonesia. Keberhasilan ini membuktikan bahwa Indonesia mampu menjalankan pemilu yang adil dan demokratis.
Pemilu tersebut juga menjadi landasan bagi pemilihan umum selanjutnya dan memperkuat budaya demokrasi di Indonesia
Itulah penjelasan mengenai hubungan keberhasilan pelaksanaan pemilu 1955 dengan pelaksanaan demokrasi . (Adi)