Konten dari Pengguna

Kain Tradisional Masyarakat Bugis yang Unik

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
18 November 2024 0:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kain tradisional masyarakat Bugis, Pexels/Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kain tradisional masyarakat Bugis, Pexels/Pixabay
ADVERTISEMENT
Selain kekayaan alam menakjubkannya, terdapat juga kain tradisional masyarakat Bugis yang bisa dijakan sebagai oleh-oleh setelah berkunjung ke wilayah Indonesia yang berada di Sulawesi Selatan Ini.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari buku Rumah Mengapung Suku Bugis, Naidah Naing, (2023:103), masyarakat suku Bugis antara laki-laki dan perempuan memiliki aktivitas tersendiri. Misalnya saja, masyarakat perempuan umumnya membuat kain tradisional dengan motif unik, berbeda dari lainnya.
Meskipun demikian, pada hakikatnya mereka tidak menganggap laki-laki atau perempuan lebih dominan satu sama lain. Bahkan ADA berbagai kegiatan di sana dilakukan dengan bekerja sama.

Kain Tradisional Masyarakat Bugis

Ilustrasi kain tradisional masyarakat Bugis, Pexels/Quang Nguyen Vinh
Meski mungkin beberapa orang pernah melihat kain tradisional Bugis, baik saat melihat tayangan di TV atau gambar-gambar yang beredar di internet. Sayangnya, belum banyak yang menyadari bahwa kain tradisional masyarakat bugis adalah lipa sabbe.
Lipa sendiri dalam bahasa Bugis berarti sarung dan Sabbe berarti sutera. Jika digabungkan, maka artidari kedua katatersebut adalah sarung tenun yang terbuat dari kain Sutera.
ADVERTISEMENT
Bagi masyarakat Bugis, sarung tenun tersebut umumnya dikenakan oleh pria dan wanita dalam acara-acara penting. Mulai dari pernikahan, aqiqah, hingga acara keagamaan seperti lebaran atau maulid nabi.
Di masa lalu, kain sarung sutera Bugis dianggap sebagai bahan sandang yang berfungsi sebagai kelengkapan upacara yang bersifat sakral. Berdasarkan fakta itu, mempelai laki-laki kerap menjadikannya sebagai hadiah pernikahan untuk mempelai perempuan.
Tenun mulai berkembang di suku Bugis mulai dikenal pada abad ke-15, yakni pada saat Islam masuk ke Sulawesi Selatan.
Menganggap kain tenun Lipa Sabbe sangat sakral, akhirnya masyarakat Bugis mulai mengasah keterampilan menenunnya dan diharapkan generasi mendatang bisa meneruskan kebiasaan tersebut.
Sarung khas Bugis lipa sabbe dibuat dengan corak dan kelembutan tenunan yang begitu indah. Sangat wajar jika sarung ini terkenal hingga ke mancanegara. Peminatnya juga sangat banyak, baik anak muda maupun orang dewasa.
ADVERTISEMENT
Demikianlah pembahasan seputar kain tradisional masyarakat Bugis yang paling cocok dipilih sebagai oleh-oleh berjangka lama. Jarangnya masyarakat Indonesia yang memilikinya membuat penggunanya semakin tampak berbeda dari kebanyakan dan menjadi bukti cintanya pada budaya lokal.