Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Kisah Abdurrahman bin Auf, Saudagar Dermawan di Zaman Rasulullah
10 Maret 2025 15:08 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kejujurannya dalam berdagang dan kepeduliannya terhadap sesama menjadikannya contoh bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan.
Mengutip situs https://baznas.go.id/, sebagai seorang yang kaya raya, Abdurrahman bin Auf tidak hanya dikenal karena kekayaannya, tetapi juga karena dermawannya dalam mendukung dakwah Islam.
Kisah Abdurrahman bin Auf
Kisah Abdurrahman bin Auf memberikan banyak pelajaran berharga, terutama dalam hal kejujuran, keteguhan iman, dan sikap dermawan yang luar biasa. Berikut adalah kisahnya.
Abdurrahman bin Auf adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad saw yang terkenal dengan kekayaan dan kedermawanannya. Beliau termasuk dalam Asyrah Mubasyarah, yaitu sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga.
Abdurrahman bin Auf lahir di Mekah sekitar tahun 580 M dan berasal dari suku Quraisy, Bani Zuhrah. Sebelum masuk Islam, beliau dikenal sebagai pedagang sukses.
ADVERTISEMENT
Beliau masuk Islam melalui dakwah Abu Bakar Ash-Shiddiq dan menjadi salah satu Muslim awal yang ikut berhijrah ke Madinah. Ketika hijrah, Abdurrahman bin Auf meninggalkan semua hartanya di Mekah.
Di Madinah, Rasulullah saw mempersaudarakannya dengan Sa’ad bin Rabi’, seorang Muslim Anshar yang kaya. Sa’ad bahkan menawarkan setengah dari hartanya, tetapi Abdurrahman dengan bijak menolak dan berkata:
"Tunjukkan saja aku jalan ke pasar."
Dengan kerja keras dan kejujuran, Abdurrahman bin Auf kembali membangun bisnisnya hingga menjadi kaya raya. Abdurrahman bin Auf dikenal sangat dermawan. Beliau tidak pernah ragu menginfakkan hartanya di jalan Allah. Beberapa contoh kedermawanannya, yaitu:
ADVERTISEMENT
Meskipun kaya raya, Abdurrahman bin Auf tetap rendah hati dan menggunakan hartanya untuk kepentingan Islam. Kekayaannya tidak membuatnya sombong. Sebaliknya, beliau sering menangis karena khawatir akan hisab harta di akhirat.
Abdurrahman bin Auf wafat pada tahun 652 M di usia sekitar 72 tahun. Beliau dimakamkan di Baqi’, Madinah. Sebelum wafat, Abdurrahman bin Auf masih terus bersedekah dan berpesan agar hartanya digunakan untuk kepentingan umat Islam.
Kisah Abdurrahman bin Auf tidak hanya mengajarkan tentang pentingnya kerja keras dan kejujuran dalam mencari rezeki, tetapi juga tentang keutamaan berbagi dan membantu sesama. (Fikah)