Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
15 Ramadhan 1446 HSabtu, 15 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Kisah Khalifah Al-Mu'tashim yang Terkenal dengan Kekuatan Militernya
11 Maret 2025 15:26 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kisah Khalifah Al-Mu'tashim mencerminkan kepemimpinan yang berfokus pada penguatan militer di Kekhalifahan Abbasiyah.
ADVERTISEMENT
Ia dikenal karena membentuk pasukan elit yang mengubah struktur pertahanan kekhalifahan. Kebijakan-kebijakannya membawa dampak besar terhadap stabilitas dan politik Abbasiyah pada masanya.
Kisah Khalifah Al-Mu'tashim
Dikutip dari p2k.stekom.ac.id, kisah Khalifah Al-Mu'tashim berawal dari naiknya ia ke tampuk kekuasaan setelah wafatnya Khalifah Al-Ma'mun pada tahun 833.
Sebagai putra bungsu Harun ar-Rasyid, ia berhasil mengamankan posisinya meskipun harus mengesampingkan klaim keponakannya, Al-Abbas.
Salah satu keputusan penting dalam pemerintahannya adalah membangun pasukan yang terdiri dari prajurit budak Turki (ghilmān), yang kemudian menjadi kekuatan utama dalam struktur militer Abbasiyah.
Pasukan ini bukan hanya memperkuat pertahanan kekhalifahan, tetapi juga memengaruhi dinamika kekuasaan di dalam istana.
Keberadaan pasukan Turki membawa perubahan dalam pusat pemerintahan, yang akhirnya membuatnya memindahkan ibu kota dari Bagdad ke Samarra pada tahun 836.
ADVERTISEMENT
Langkah ini bertujuan untuk menghindari ketegangan dengan penduduk Bagdad dan memperkuat kendali atas pasukan militernya.
Namun, keputusan tersebut juga menandai awal dari meningkatnya pengaruh jenderal-jenderal Turki dalam politik Abbasiyah.
Mereka menjadi faktor dominan dalam pemerintahan, menggeser peran para pejabat Arab dan Persia yang sebelumnya memiliki pengaruh besar.
Dalam aspek politik dan keagamaan, Al-Mu'tashim melanjutkan kebijakan Al-Ma'mun yang mendukung paham Mu’tazilah.
Pandangan rasionalis ini diterapkan melalui kebijakan mihna, yaitu ujian bagi para ulama untuk mengakui doktrin-doktrin tertentu.
Kebijakan ini memicu perlawanan dari kelompok ulama yang menolak intervensi negara dalam urusan keagamaan.
Dengan dukungan dari penasihat utamanya, Ahmad bin Abi Du’ad, ia tetap menjalankan kebijakan tersebut meskipun menghadapi banyak kritik.
Selain urusan internal, Al-Mu'tashim juga aktif dalam ekspansi militer, terutama dalam menghadapi Kekaisaran Bizantium.
ADVERTISEMENT
Salah satu pencapaiannya yang paling dikenal adalah penyerangan ke kota Amorium pada tahun 838.
Ekspedisi ini dilakukan sebagai respons terhadap serangan Kaisar Theophilos terhadap wilayah Abbasiyah.
Pasukan Abbasiyah berhasil merebut Amorium, yang merupakan salah satu kota penting Bizantium, dan kemenangan ini memperkuat citranya sebagai khalifah pejuang.
Di dalam negeri, pemerintahan Al-Mu'tashim menghadapi tantangan dari pemberontakan internal, seperti perlawanan Khurramiyah di Adharbayjan dan Mazyar di Tabaristan.
Konflik ini menunjukkan adanya ketidakpuasan di berbagai wilayah terhadap kebijakan pusat.
Meskipun pasukannya berhasil menumpas pemberontakan tersebut, kebijakan militeristik yang diterapkan semakin memperkuat peran pasukan Turki dalam pemerintahan.
Akibatnya, para jenderal Turki seperti Ashinas, Itakh, dan Bugha semakin memiliki pengaruh besar dalam kekhalifahan.
Meskipun berhasil mempertahankan kekuasaannya selama hampir satu dekade, pemerintahan Al-Mu'tashim membawa dampak jangka panjang bagi kekhalifahan Abbasiyah.
ADVERTISEMENT
Pengaruh besar dari pasukan Turki yang ia bangun justru menjadi awal dari ketidakstabilan politik di masa mendatang.
Setelah wafatnya pada tahun 842, kekuatan militer yang sebelumnya menjadi pilar kekuasaannya berbalik menjadi ancaman bagi para penerusnya, yang akhirnya mengarah pada fase "Anarki di Samarra."
Secara keseluruhan, kisah Khalifah Al-Mu'tashim mencerminkan bagaimana keputusan-keputusan strategisnya membentuk arah kekhalifahan Abbasiyah.
Meskipun berhasil dalam ekspansi militer dan reformasi administrasi, kebijakan-kebijakan yang diterapkannya juga menimbulkan konsekuensi yang memengaruhi stabilitas jangka panjang Abbasiyah. (Khoirul)