news-card-video
12 Ramadhan 1446 HRabu, 12 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Kisah Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan, Pendiri Dinasti Umayyah yang Tegas

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
11 Maret 2025 15:18 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Kisah Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan, Necati Ömer Karpuzoğlu
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kisah Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan, Necati Ömer Karpuzoğlu
ADVERTISEMENT
Kisah khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan merupakan bagian penting dalam sejarah Islam, terutama dalam pembentukan Dinasti Umayyah.
ADVERTISEMENT
Ia memerintah sejak tahun 661 hingga 680 dalam situasi politik yang penuh konflik. Kepemimpinannya membawa perubahan besar dalam administrasi dan ekspansi wilayah Islam.

Kisah Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan

Ilustrasi Kisah Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan, Necati Ömer Karpuzoğlu
Berikut adalah kisah Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan, seorang pemimpin yang dikenal dengan kecerdasan politik dan kemampuannya dalam mengelola pemerintahan, dikutip dari p2k.stekom.ac.id.
Ia berasal dari Bani Umayyah dan merupakan putra dari Abu Sufyan bin Harb, salah satu pemimpin Quraisy yang awalnya menentang Islam tetapi kemudian memeluk agama ini setelah penaklukan Mekah.
Muawiyah juga merupakan saudara tiri Ummu Habibah, istri Nabi Muhammad.
Perjalanan politiknya dimulai ketika Khalifah Umar bin Khattab menunjuknya sebagai gubernur di wilayah Syam pada tahun 639.
Selama menjabat sebagai gubernur, ia menunjukkan kepemimpinan yang kuat dengan membangun sistem administrasi yang efisien dan membentuk angkatan laut Muslim pertama.
ADVERTISEMENT
Keberhasilannya dalam mengelola wilayah ini membuatnya semakin berpengaruh dalam politik Islam, terutama setelah terjadi peristiwa tragis pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan pada tahun 656.
Setelah Utsman wafat, kepemimpinan Islam beralih ke Ali bin Abi Thalib. Namun, Muawiyah menolak mengakui kekhalifahan Ali karena menuntut keadilan atas kematian Utsman.
Perselisihan ini memuncak dalam Pertempuran Shiffin pada tahun 657, yang berakhir dengan tahkim atau arbitrase, tetapi tidak menghasilkan penyelesaian yang memuaskan kedua belah pihak.
Ketika Ali wafat pada tahun 661 dan putranya, Hasan bin Ali, menyerahkan kekhalifahan, Muawiyah resmi menjadi khalifah pertama Dinasti Umayyah.
Ia memindahkan pusat pemerintahan ke Damaskus dan memperkuat sistem administrasi negara.
Salah satu kebijakannya yang kontroversial adalah pengangkatan putranya, Yazid bin Muawiyah, sebagai penerus, yang menjadi awal sistem monarki dalam kekhalifahan Islam.
ADVERTISEMENT
Selain memperkuat pemerintahan, Muawiyah juga memperluas wilayah Islam dengan melakukan ekspedisi militer ke berbagai daerah, termasuk serangan ke Kekaisaran Romawi Timur.
Pengepungan Konstantinopel pada masa pemerintahannya menjadi salah satu upaya terbesar dalam ekspansi Islam ke Eropa.
Muawiyah dikenal sebagai pemimpin yang pragmatis dan berorientasi pada stabilitas. Ia memprioritaskan loyalitas dan kompetensi dalam pemerintahan, bukan hanya keturunan bangsawan.
Meski banyak kritik terhadap kebijakannya, terutama dalam hal suksesi, kepemimpinannya memberikan fondasi bagi kelangsungan Dinasti Umayyah.
Kisah khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi salah satu bab penting dalam sejarah Islam, terutama dalam pembentukan sistem pemerintahan yang lebih terstruktur.
Kepemimpinannya membentuk arah politik dunia Islam yang bertahan selama beberapa generasi. (Shofia)
ADVERTISEMENT