news-card-video
9 Ramadhan 1446 HMinggu, 09 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Kisah Qais bin Shirmah dan Latar Belakang Turunnya Ayat tentang Aturan Puasa

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
9 Maret 2025 10:10 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kisah Qais bin Shirmah. Pixabay/Mohammad Hassan.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kisah Qais bin Shirmah. Pixabay/Mohammad Hassan.
ADVERTISEMENT
Kisah Qais bin Shirmah menjadi bagian penting dalam sejarah Islam, terutama dalam konteks aturan puasa yang kini diamalkan oleh umat Muslim.
ADVERTISEMENT
Sebelum turunnya ayat yang mengatur puasa dengan lebih jelas, kaum Muslimin menjalankan ibadah ini dengan aturan yang berbeda. Lantas, siapa Qais bin Shirmah dan bagaimana kisahnya?

Kisah Qais bin Shirmah

Ilustrasi kisah Qais bin Shirmah. Pixabay/Sofdoug.
Kisah Qais bin Shirmah menjadi latar belakang turunnya Surat Al-Baqarah ayat 187. Ayat ini berbicara tentang ketentuan berbuka dan sahur dalam puasa Ramadan.
Pada awalnya, aturan puasa tidak sama seperti sekarang ini. Mengutip dari ejournal.radenintan.ac.id, ketika puasa kebanyakan sahabat Nabi mengharamkan dirinya untuk makan dan minum setelah mereka tidur.
Artinya, umat Muslim dahulu ketika puasa hanya makan dan minum sebelum mereka tidur. Hal tersebut dilakukan karena sikap kehati-hatiannya terhadap hal-hal yang membatalkan puasa.
Salah satu sahabat Nabi dari kaum Anshar, Qais bin Shirmah mengalami kejadian yang menarik terkait hal ini. Suatu hari, setelah seharian bekerja di ladangnya, Qais bin Shirmah kembali ke rumah dalam keadaan sangat lapar dan lelah.
ADVERTISEMENT
Ia berencana untuk berbuka puasa. Akan tetapi Qais bin Shirmah tidak mendapati makanan untuk berbuka puasa. Istrinya kemudian meminta izin kepada Qais untuk berupaya mencari bahan yang bisa dimakan.
Namun, ketika istrinya pulang, Qais telah tertidur sebelum ia sempat makan. Ketika terbangun, Qais tidak berani untuk makan dan minum hingga waktu berbuka pada hari berikutnya.
Akibatnya, ia mengalami kelaparan yang luar biasa, bahkan pingsan ketika sedang bekerja di ladang. Kejadian ini pun sampai kepada Rasulullah SAW yang kemudian menjadi sebab turunnya Surah Al-Baqarah ayat 187.

Turunnya Ayat tentang Aturan Puasa

Ilustrasi kisah Qais bin Shirmah. Pixabay/Pexels.
Kisah ini menjadi latar belakang turunnya firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 187:
".... Makan dan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam..." (QS. Al-Baqarah: 187).
ADVERTISEMENT
Dengan turunnya ayat ini, aturan puasa mengalami perubahan yang lebih memudahkan. Umat Islam diperbolehkan makan dan minum hingga waktu fajar tiba. serta diizinkan untuk berbuka pada waktu magrib tanpa adanya larangan setelah tidur.
Aturan ini memberikan keringanan dan kemudahan bagi umat Islam untuk menjalankan ibadah puasa. Terutama bagi orang-orang dengan pekerjaan yang membutuhkan aktivitas fisik lebih seperti yang dialami oleh Qais bin Shirmah.
Kisah Qais bin Shirmah menjadi bukti bahwa syariat Islam selalu mempertimbangkan kesejahteraan umatnya dan memiliki hikmah besar bagi kehidupan manusia. (rudin)