Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Kisah Sa'ad bin Abi Waqqash dengan Ibunya
10 Maret 2025 17:32 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sebagai salah satu sahabat Nabi Muhammad yang terkenal dengan keberaniannya, Sa'ad bin Abi Waqqash menghadapi tantangan besar ketika ibunya menolak keislamannya dan mencoba mempengaruhinya untuk meninggalkan agama yang telah diyakini.
Mengutip situs https://kemenag.go.id/, Sa'ad bin Abi Waqqash merupakan sahabat sekaligus paman Rasulullah Saw.
Kisah Sa'ad bin Abi Waqqash dengan Ibunya
Kisah Sa'ad bin Abi Waqqash dengan ibunya menjadi pelajaran berharga bagi umat Islam dalam memahami arti kesabaran dan keteguhan iman. Berikut kisahnya.
Sa’ad bin Abi Waqqash adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad saw yang terkenal dengan keberanian dan keimanannya yang teguh. Perjalanan imannya tidaklah mudah, salah satu ujian terbesarnya datang dari ibunya sendiri, yang menentang keislamannya.
Sa’ad bin Abi Waqqash masuk Islam di usia muda, sekitar 17 tahun, atas ajakan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Saat itu, Islam masih baru dan ditentang oleh banyak orang, termasuk keluarganya sendiri.
ADVERTISEMENT
Ibunya yaitu Hamah binti Sufyan, sangat marah ketika mengetahui bahwa Sa’ad telah masuk Islam.
Ibunya merasa agama baru ini merusak tradisi nenek moyang. Karena tidak ingin anaknya mengikuti ajaran Muhammad saw, ibunya melakukan tindakan ekstrem untuk memaksa Sa’ad meninggalkan Islam.
Ibunya menggunakan cara yang sangat menyakitkan bagi Sa’ad yaitu mogok makan dan minum. Ibunya bersumpah tidak akan makan atau minum sampai Sa’ad meninggalkan Islam. Beliau berkata:
"Aku tidak akan makan dan minum hingga aku mati, dan orang-orang akan mencelamu sebagai anak yang membunuh ibunya sendiri!"
Sebagai anak yang sangat mencintai ibunya, tentu saja ini menjadi ujian berat bagi Sa’ad. Namun, Sa’ad tetap teguh pada imannya. Hari demi hari berlalu, ibunya semakin lemah, tetapi Sa’ad tetap tidak menyerah. Dengan penuh kesabaran, Sa’ad berkata kepada ibunya:
ADVERTISEMENT
"Wahai Ibu, demi Allah! Seandainya Ibu memiliki seratus nyawa dan keluar satu per satu, aku tidak akan meninggalkan agamaku ini!"
Melihat tekad Sa’ad yang tak tergoyahkan, akhirnya ibunya menyerah dan kembali makan serta minum. Peristiwa ini menunjukkan bahwa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya harus lebih besar daripada cinta kepada siapa pun, termasuk orang tua.
Kisah ini begitu penting sehingga Allah menurunkan ayat dalam Surah Luqman ayat 15 yang berisi petunjuk tentang bagaimana seorang Muslim harus bersikap jika orang tuanya memaksa meninggalkan Islam:
"Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, tetapi pergaulilah keduanya di dunia dengan baik..." (QS. Luqman: 15)
ADVERTISEMENT
Ayat ini menegaskan bahwa seorang Muslim tidak boleh menaati orang tua dalam hal maksiat atau kemusyrikan, tetapi tetap harus memperlakukan orang tua dengan baik.
Kisah Sa'ad bin Abi Waqqash dengan Ibunya mengajarkan nilai-nilai tentang keteguhan dalam beragama, rasa hormat kepada orang tua, serta bagaimana seorang Muslim tetap bisa berbakti meskipun memiliki perbedaan keyakinan dengan keluarganya. (Fikah)