Konten dari Pengguna

Kisah Shi Pei Pu, Penyanyi Opera dan Mata-Mata Cina yang Menyamar sebagai Wanita

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
13 April 2025 20:41 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Kisah Shi Pei Pu, Pexels/Monica Silvestre
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kisah Shi Pei Pu, Pexels/Monica Silvestre
ADVERTISEMENT
Kisah Shi Pei Pu mengundang perhatian banyak orang karena keunikannya. Sebagai penyanyi opera, sosok ini tidak hanya dikenal di panggung, tetapi juga terlibat dalam salah satu kasus spionase paling kontroversial di zamannya.
ADVERTISEMENT
Menurut laman p2k.stekom.ac.id, kisah ini terjadi di Tiongkok pada pertengahan abad ke-20. Peristiwa yang melibatkan intrik, penyamaran, dan politik internasional ini menjadikannya bahan perbincangan di banyak kalangan.
Saking populernya, cerita Shi Pei Pu bahkan diadaptasi ke dalam berbagai karya seni dan literatur. Kisahnya terus menarik perhatian, memicu diskusi mengenai identitas, strategi intelijen, serta dampaknya dalam sejarah.

Kisah Shi Pei Pu

Ilustrasi Kisah Shi Pei Pu, Pexels/cottonbro studio
Dikutip dari Shi Pei Pu: The opera singer who faked being a woman to spy for China by Carl Samson dalam laman nextshark.com, kisah Shi Pei Pu mengisahkan penyanyi opera Tiongkok, Shi Pei Pu, yang terkenal sebagai aktor dan (wanita) dalam “The Story of a Butterfly.”
Lahir di Shandong, ia menjalani hidup sebagai mata-mata dengan menyamar sebagai perempuan.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1964, Shi bertemu Bernard Boursicot di pesta diplomatik Beijing. Boursicot, yang merupakan seorang akuntan kedutaan Prancis berusia 20 tahun, terpesona oleh Shi yang saat itu berusia 26 tahun dan cukup dikenal dalam dunia opera.
Shi mengaku pada Boursicot sebagai perempuan yang dipaksa hidup sebagai laki-laki karena tekanan keluarga. Boursicot percaya cerita itu, dan hubungan mereka pun berkembang, tidak menyadari bahwa ia telah masuk ke dalam jebakan spionase.
Selama Revolusi Kebudayaan, Shi semakin memperdaya Boursicot dengan memperkenalkan seorang anak bernama Shi Dudu, mengklaim sebagai anak mereka. Padahal, anak itu sebenarnya diadopsi dari Xinjiang untuk memperkuat tipu daya.
Demi melindungi "keluarganya," Boursicot mulai menyerahkan dokumen rahasia kedutaan kepada Shi. Ia percaya bahwa informasi itu diberikan kepada pemerintah Tiongkok untuk menjamin keamanan Shi dan anak yang ia kira adalah keturunannya.
ADVERTISEMENT
Pada 1983, mereka kemudian ditangkap atas tuduhan spionase. Saat persidangan, kebenaran terbongkar—Shi adalah pria, dan "anak mereka" bukan anak kandung. Saat itu, Boursicot merasa dikhianati dan sempat mencoba bunuh diri di penjara.
Keduanya divonis enam tahun penjara pada 1986. Namun, mereka mendapat pengampunan pada 1987. Keluar dari penjara, Shi tetap tinggal di Paris dan kembali tampil di opera, sementara Boursicot berusaha menjalani hidupnya yang hancur.
Bertahun-tahun setelahnya, Shi Pei Pu meninggal pada 30 Juni 2009 di Paris dalam usia 70 tahun. Meski Shi sempat mengaku masih mencintai Boursicot, pria itu justru menanggapi dengan datar, berkata, "Sekarang semuanya sudah bersih. Aku bebas."
Kisah dramatis dua insan tersebut menginspirasi drama “M. Butterfly” karya David Henry Hwang, yang kemudian diadaptasi menjadi film. Cerita ini memicu perdebatan tentang gender, identitas, dan politik dalam hubungan pribadi dan dunia intelijen.
ADVERTISEMENT
Itulah kisah Shi Pei Pu, penyanyi opera dan mata-mata Cina pria yang menyamar sebagai wanita. Untuk mengetahui detailnya, silakan kunjungi laman tepercaya yang membahas peristiwa ini secara mendalam. (BrenNd)