Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Kisah Wafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq, Sahabat Setia Rasulullah di Akhir Hayatnya
7 Maret 2025 18:14 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sosok yang dikenal sebagai khalifah pertama ini menghabiskan hidupnya dalam perjuangan menegakkan agama Islam. Kepergiannya meninggalkan warisan kepemimpinan yang luar biasa bagi generasi setelahnya.
Kisah Wafatnya Abu Bakar
Mengutip dari an-nur.ac.id, berikut adalah kisah wafatnya Abu Bakar, seorang pemimpin yang mengabdikan dirinya sepenuhnya untuk Islam .
Pada tahun 13 Hijriah atau 22 Agustus 634 Masehi, Abu Bakar jatuh sakit yang berlangsung selama beberapa hari.
Sakitnya semakin parah hingga membuat tubuhnya semakin lemah, tetapi ia tetap berusaha menjalankan tugasnya sebagai khalifah.
Mengetahui bahwa ajalnya semakin dekat, Abu Bakar mulai mempersiapkan segala hal terkait kepemimpinan Islam agar tidak terjadi kekosongan kekuasaan setelah dirinya wafat.
Sebelum wafat, Abu Bakar berwasiat agar dirinya dikafani dengan pakaian yang sering digunakannya sehari-hari. Ia juga meminta agar dimandikan oleh istrinya, Asma binti Umais, dan anaknya, Abdur Rahman.
ADVERTISEMENT
Dalam kondisi yang semakin melemah, Abu Bakar tetap memikirkan kesejahteraan umat Islam.
Ia memerintahkan agar harta benda yang pernah digunakannya sebagai khalifah dikembalikan ke Baitul Mal.
Hal ini menunjukkan bahwa ia ingin meninggalkan dunia dalam keadaan bersih tanpa memiliki hak duniawi yang belum terselesaikan.
Mengenai kepemimpinan setelahnya, Abu Bakar tidak ingin umat Islam terpecah dalam memilih penggantinya.
Ia berdiskusi dengan sahabat-sahabat dekat dan akhirnya memutuskan untuk menyerahkan kepemimpinan kepada Umar bin Khattab.
Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan kemampuannya dalam memimpin dan ketegasannya dalam menegakkan keadilan.
Umat Islam pun menerima keputusan ini dan siap melanjutkan perjuangan di bawah kepemimpinan Umar.
Pada Senin malam, 21 Jumadil Akhir 13 Hijriah, Abu Bakar menghembuskan napas terakhirnya di usia 63 tahun, sama seperti Nabi Muhammad saw.
ADVERTISEMENT
Ia meninggal setelah matahari terbenam, lalu dimakamkan pada malam harinya di samping makam Rasulullah di Masjid Nabawi.
Kehilangan Abu Bakar menjadi pukulan berat bagi umat Islam, mengingat jasanya yang sangat besar dalam menjaga keutuhan agama dan kepemimpinan setelah wafatnya Nabi.
Kepergian Abu Bakar tidak hanya meninggalkan kesedihan, tetapi juga teladan kepemimpinan yang adil dan penuh keikhlasan.
Pengorbanannya dalam membela Islam tetap dikenang oleh umat Muslim sepanjang sejarah.
Kisah wafatnya Abu Bakar menjadi pelajaran berharga tentang kepemimpinan yang bertanggung jawab hingga akhir hayat. (Khoirul)