Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Kisah Wafatnya Fatimah Az-Zahra yang Penuh Kesedihan
7 Maret 2025 18:11 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kisah wafatnya Fatimah Az-Zahra menjadi salah satu peristiwa yang meninggalkan kesedihan mendalam dalam sejarah Islam.
ADVERTISEMENT
Putri Rasulullah saw ini wafat dalam keadaan penuh duka setelah kehilangan ayahnya. Kepergiannya membawa banyak hikmah dan pelajaran bagi umat Islam.
Kisah Wafatnya Fatimah Az-Zahra
Mengutip dari nu.or.id, kisah wafatnya Fatimah Az-Zahra dimulai setelah kepergian Rasulullah saw, yang membuatnya mengalami kesedihan mendalam.
Ia merasakan kehilangan yang begitu besar, hingga kesehatannya semakin menurun.
Dalam berbagai riwayat, disebutkan bahwa Fatimah mengalami sakit yang cukup lama setelah wafatnya Rasulullah.
Sakit itu semakin parah dari hari ke hari, hingga akhirnya ajal menjemputnya pada tahun ke-11 Hijriah atau 632 Masehi.
Sebelum wafat, Fatimah Az-Zahra berpesan kepada suaminya, Sayyidina Ali bin Abi Thalib, agar dirinya dimakamkan secara diam-diam pada malam hari.
Ia tidak ingin orang-orang yang pernah menyakitinya menghadiri pemakamannya.
ADVERTISEMENT
Ali pun memenuhi permintaan tersebut dan menguburkannya secara rahasia. Hingga kini, lokasi pasti makam Fatimah Az-Zahra masih menjadi misteri, karena tidak ada yang mengetahui dengan pasti tempat peristirahatannya.
Dalam prosesi pemakaman, jenazah Fatimah Az-Zahra diusung oleh empat orang saleh, yaitu Sayyidina Ali, Hasan, Husain, dan sahabat Abu Dzar al-Ghifari.
Saat jenazah tiba di liang kubur, Abu Dzar berbicara kepada kubur tersebut dengan penuh haru. Ia memperkenalkan Fatimah sebagai putri Rasulullah, istri Ali, serta ibunda dari Hasan dan Husain.
Menurut kisah yang dikutip dari Durratun Nashihin fil Wa'dzi wal Irsyadi karya Syekh Utsman bin Hasan Al-Khaubawi (Semarang: Toha Putra, tt, hal. 146-147), terdengar suara dari dalam kubur.
Suara ini mengingatkan bahwa tempat itu bukanlah bagi keturunan orang terhormat atau kaya, tetapi tempat bagi mereka yang beramal saleh dan memiliki hati yang bersih.
ADVERTISEMENT
Fatimah Az-Zahra wafat dalam usia yang masih muda, dengan perbedaan pendapat mengenai usianya.
Sumber Sunni menyebutkan bahwa ia wafat pada usia sekitar 27 tahun, sedangkan sumber Syiah menyebut usianya 18 tahun.
Perbedaan ini tidak mengurangi besarnya pengaruh Fatimah dalam sejarah Islam. Ia dikenal sebagai sosok yang sabar, tegar, dan penuh kasih sayang, yang selalu membela kebenaran hingga akhir hayatnya.
Kisah wafatnya Fatimah Az-Zahra menjadi pengingat akan keteguhan iman dan ketulusan seorang wanita mulia.
Kepergiannya yang penuh kesedihan meninggalkan teladan bagi umat Islam untuk selalu berpegang teguh pada kebenaran dan keadilan. (Khoirul)