Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Konsep Kekuasaan di Kerajaan Islam Nusantara yang Kuat pada Zamannya
15 November 2024 15:48 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kerajaan Islam di Nusantara memainkan peran penting dalam penyebaran agama Islam serta budayanya. Konsep kekuasaan di kerajaan Islam Nusantara berakar pada nilai agama dan hukum Islam.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Islamisasi Nusantara, Mahbub Setiawan, (2023: 598), kekuasaan dalam Islam selalu dipandang melalui perspektif nilai Islami dan moralitas. Kekuasaan di suatu negara diukur berdasarkan ketaatan masyarakatnya dalam menerapkan nilai-nilai Islam.
Konsep Kekuasaan di Kerajaan Islam Nusantara
Konsep kekuasaan di kerajaan Islam Nusantara tidak hanya didasarkan pada kekuatan politik dan militer, tetapi juga pada aspek keagamaan, budaya, dan ekonomi. Pemimpin kerajaan dikenal dengan sebutan "sultan" atau "raja".
Sultan atau raja sering dianggap sebagai perwakilan Tuhan di dunia (kalifatullah fil ardhi), yang memberikan kesan kepemimpinan karismatik yang khas dalam kerajaan Islam, dengan menonjolkan sifat intelektual dan spiritual dari seorang pemimpin.
Selain itu, sultan juga membangun hubungan dengan pusat-pusat keagamaan Islam di Timur Tengah, seperti Mekah dan Mesir. Beberapa sultan bahkan memperoleh gelar karena berhasil menjalin hubungan diplomatik, seperti Sultan Iskandar Muda dari Aceh.
ADVERTISEMENT
Sistem Pemerintahan di Kerajaan Islam Nusantara
Dasar pelaksanaan pemerintahan pada masa Islam adalah Al-Quran dan Hadist. Dalam mengambil keputusan, baik yang berkaitan dengan agama maupun pemerintahan, sultan biasanya meminta pandangan dari para ulama, seperti Wali Songo.
Sistem pengangkatan raja pada masa Islam mirip dengan masa Hindu-Buddha, yaitu berdasarkan garis keturunan. Jika dianggap mampu dan memiliki wibawa, anak sultan dapat melanjutkan tahta.
Pada masa pemerintahan kerajaan Islam, tradisi lokal atau hukum adat tidak sepenuhnya dihilangkan. Hukum adat tetap diterapkan, terutama dalam hal-hal yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam.
Pengaruh Ekonomi di Kerajaan Islam Nusantara
Kerajaan Islam di Nusantara memanfaatkan jalur perdagangan strategis untuk memperluas pengaruhnya. Beberapa sultan berperan sebagai pemimpin dagang yang menguasai komoditas utama, seperti rempah-rempah.
ADVERTISEMENT
Dengan kontrol atas perdagangan ini, kerajaan Islam berkembang menjadi pusat perdagangan yang maju. Para pedagang yang berinteraksi dengan kerajaan Islam Nusantara turut menyebarkan pengaruh Islam ke wilayah-wilayah baru.
Demikianlah pembahasan mengenai konsep kekuasaan di kerajaan Islam Nusantara yang kuat pada zamannya. Konsep kekuasaan ini adalah perpaduan antara ajaran Islam dengan nilai-nilai lokal yang sudah ada. (Nabila)