Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Kronologi Peristiwa Tanjung Priok 1984 dalam Catatan Sejarah Indonesia
2 Juli 2024 20:57 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pada masa itu, Babinsa meminta warga untuk mencopot propaganda dalam bentuk spanduk dan brosur yang tidak sesuai dengan Pancasila. Namun, warga tidak melakukannya sehingga kesalahpahaman pun menjadi panjang.
Kronologi Peristiwa Tanjung Priok 1984
Peristiwa Tanjung Priok merupakan bentrok besar yang pernah terjadi di Indonesia. Bentrokan tersebut bermula dari selisih paham antara masyarakat dengan Bintara Pembina Desa (Babinsa).
Kejadian itu berlangsung pada tahun 1984. Berikut kronologi Peristiwa Tanjung Priok 1984 di Indonesia:
A. Instruksi untuk Warga
Banyak versi yang disebut sebagai pangkal peristiwa Tanjung Priok 1984. Namun, mengutip dari buku Melawan Konspirasi Global di Teluk Jakarta, Aminuddin dan Ahmad (2018: 20), yang paling terkemuka adalah perseteruan antara umat Islam dan rezim Orde Baru.
Kenyataan yang sebenarnya dari Peristiwa Tanjung Priok 1984 adalah selisih paham antara masyarakat dengan Babinsa. Pada masa itu, Babinsa meminta warga untuk mencopot spanduk serta brosur yang tidak selaras dengan Pancasila.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Orde Baru saat itu melarang segala bentuk paham yang anti dengan Pancasila. Namun, warga tidak mengikuti permintaan Babinsa.
B. Babinsa Mencopot Spanduk
Setelah dua hari dari permintaan pencopotan spanduk dan brosur, warga tidak juga mencopotnya. Babinsa pun mengambil langkah dengan mencopotnya sendiri.
Namun, ketika mencopot spanduk serta brosur, petugas Babinsa melakukan pencemaran terhadap masjid. Pencemaran tersebut berupa tidak melepas alas kaki ketika masuk ke masjid.
Perilaku tersebut membuat masyarakat tersulut. Pengurus masjid pun mencoba untuk menenangkan masyarakat, tetapi masyarakat terlewat emosi dan membakar sepeda motor dari petugas Babinsa.
Pelaku pembakaran itu akhirnya ditangkap oleh aparat. Keesokan harinya, yakni 11 September 1984, masyarakat mencoba meminta bantuan Amir Biki selaku tokoh setempat untuk menyelesaikan masalah.
ADVERTISEMENT
C. Perselisihan Kian Memburuk
Amir Biki beserta beberapa warga mencoba untuk mengadakan pertemuan dan meminta agar orang yang ditangkap itu dilepaskan. Jika tidak dituruti, masyarakat akan mendatangi Kodim.
Kedatangan massa pada masa itu dihadang oleh aparat militer dengan senjata lengkap dan massa kian menuntut pembebasan. Situasi memanas dan akhirnya korban jiwa pun berjatuhan.
Jadi, kronologi peristiwa Tanjung Priok 1984 bermula dari bentrok antara masyarakat dengan Bintara Pembina Desa (Babinsa). Inti dari permasalahan tersebut adalah selisih paham antara masyarakat dengan Babinsa. (AA)