Konten dari Pengguna

Latar Belakang Perlawanan Pattimura Terhadap Belanda yang Terkenal Heroik

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
30 Desember 2023 19:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perlawanan Pattimura terhadap Belanda. Sumber foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perlawanan Pattimura terhadap Belanda. Sumber foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Latar belakang perlawanan Pattimura terhadap Belanda memang dikenal heroik. Sebab, pemberontakan ini dilakukan karena kebijakan yang menyusahkan rakyat.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, Pattimura pun melakukan perlawanan terhadap Belanda, demi menegakkan keadilan yang seharusnya didapatkan oleh rakyat.

Latar Belakang Perlawanan Pattimura pada Belanda

Ilustrasi perlawanan Pattimura. Sumber foto: Unsplash
Penjajahan yang dilakukan oleh bangsa Eropa mengundang berbagai macam perlawanan dari daerah masing-masing. Salah satunya perlawanan rakyat Maluku yang dipimpin oleh Pattimura.
Dikutip dari buku Surga di Timur karya Brillianto K. Jaya, Pattimura merupakan putra daerah dari pasangan Frans Matulessia dan Fransina Silahoi, yang memiliki nama asli Ahmad Lussy.
Perlawanan Pattimura terjadi pada 15 Mei 1817, di Saparua, Kepulauan Maluku. Di mana saat itu rakyat Maluku melakukan perlawanan dengan menghancurkan kapal-kapal Belanda di pelabuhan serta Benteng Duurstede di Pulau Saparua.
Perlawanan ini dilatarbelakangi oleh beberapa kebijakan Belanda yang membuat Pattimura merasa kesal dan marah. Sebab, sejumlah kebijakan tersebut justru membuat rakyat sengsara.
ADVERTISEMENT
Contoh kebijakan yang menyengsarakan rakyat yakni:
Karena sejumlah kebijakan ini, rakyat pun sering merasa kewalahan dan kesulitan karena perilaku Belanda yang semakin semena-mena. Akibatnya, Pattimura pun langsung mengatur strategi perang.
ADVERTISEMENT

Kejatuhan Pattimura

Perang antara rakyat Maluku dan Belanda pun pecah pada Agustus 1817 di Saparua, di mana Pattimura menggunakan strategi gerilya. Strategi ini pun membuat Belanda kewalahan hingga mendatangkan bantuan dari berbagai daerah.
Bantuan ini akhirnya membuat Pattimura mulai terkepung. Lalu, pada November 1817, Belanda yang mengetahui persembunyian Pattimura mulai menangkap pejuang lainnya.
Beliau pun dihukum mati pada Desember 1817 di Benteng Victoria, Ambon. Peristiwa ini menandai berakhirnya perlawanan Pattimura terhadap Belanda.