Konten dari Pengguna

Legenda Aji Saka yang Menginspirasi dalam Sejarah Jawa

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
26 Desember 2024 23:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi legenda Aji Saka. Foto: Pexels.com/Semih Başaran
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi legenda Aji Saka. Foto: Pexels.com/Semih Başaran
ADVERTISEMENT
Legenda Aji Saka merupakan salah satu cerita klasik yang berasal dari Jawa, yang mengandung nilai-nilai luhur yang sampai sekarang masih relevan untuk dipelajari.
ADVERTISEMENT
Kisah ini menggambarkan perjalanan seorang pemuda dari luar pulau yang akhirnya meninggalkan jejak besar dalam sejarah budaya dan tulisan di Indonesia.
Dalam legenda ini, terjalin cerita tentang perjuangan, kesetiaan, serta dampak dari sebuah pengorbanan yang berujung pada perubahan besar.

Legenda Aji Saka

Ilustrasi legenda Aji Saka. Foto: Pexels.com/Fernando Cortés
Dikutip dari sonobudoyo.jogjaprov.go.id, legenda Aji Saka bermula ketika seorang pemuda bernama Aji Saka datang ke tanah Jawa dengan dua orang pengikutnya, Dora dan Sembada.
Mereka tiba di Pulau Majeti, tempat yang kaya dengan keindahan alam di sana.
Aji Saka meninggalkan salah satu pelayannya, Sembada, untuk menjaga keris pusaka yang sangat berharga. Selain itu, Aji Saka meminta agar keris tersebut hanya diserahkan kepadanya.
Setelahnya, ia melanjutkan perjalanan bersama Dora menuju Pulau Jawa.
ADVERTISEMENT
Ketika di Pulau Jawa, Aji Saka bertemu dengan Prabu Dewata Cengkar, seorang raja yang sangat kejam dan terkenal suka memakan manusia.
Tanpa rasa takut, Aji Saka menantang raja tersebut dengan sebuah syarat yang tampak sangat sederhana, yaitu meminta tanah seluas sorban yang dikenakannya.
Namun, tanpa diketahui Dewata Cengkar, sorban tersebut memiliki kekuatan magis yang membuatnya bisa memanjang tanpa batas.
Akibatnya, Dewata Cengkar jatuh ke laut dan berubah menjadi buaya putih. Setelah mengalahkan raja yang zalim itu, Aji Saka menjadi penguasa baru di Medangkamulan, menggantikan Dewata Cengkar yang telah hilang.
Kisah Aji Saka tidak hanya berakhir dengan kemenangan itu. Sebagai raja, Aji Saka mengutus Dora untuk kembali ke Pulau Majeti dan mengambil keris pusaka yang ditinggalkan oleh Sembada.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, Sembada, yang sangat setia pada amanah yang diberikan, menolak untuk menyerahkan keris tersebut kepada Dora.
Hal ini menyebabkan pertempuran hebat antara keduanya, yang berakhir dengan kematian. Ketika Aji Saka mendengar kabar tentang kematian kedua pelayannya, ia sangat menyesal dan merasa kehilangan.
Sebagai penghormatan kepada Dora dan Sembada, Aji Saka kemudian menciptakan aksara Jawa. Aksara ini mengandung makna yang mendalam, mencerminkan perjuangan dan pengorbanan yang dilakukan oleh kedua pelayan setianya.
Aksara Jawa tidak hanya menjadi alat komunikasi, tetapi juga simbol pengabdian dan nilai moral yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Legenda ini juga menggambarkan kedatangan ajaran Hindu-Buddha ke tanah Jawa. Aksara yang diciptakan Aji Saka dipengaruhi oleh aksara Pallawa yang berasal dari India, yang turut membentuk fondasi peradaban Jawa kuno.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya aksara Jawa, masyarakat Jawa tidak hanya memiliki cara untuk menulis, tetapi juga menyampaikan ajaran moral dan sejarah yang penting dalam kehidupan mereka.
Sebagai kesimpulan, legenda Aji Saka mencerminkan kekuatan pengorbanan, kebijaksanaan, dan loyalitas dalam membangun sebuah peradaban.
Sampai saat ini, aksara Jawa yang lahir dari cerita ini tetap menjadi bagian penting dari warisan budaya bangsa.
Legenda ini mengajarkan manusia untuk menghargai nilai-nilai kesetiaan, serta pentingnya bertindak dengan bijak dalam setiap keputusan yang diambil. (Khoirul)