Konten dari Pengguna

Legenda Banyuwangi dengan Kisah Cinta dan Pengorbanan

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
20 April 2025 7:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Legenda Banyuwangi. Foto: Pexels.com/Mathias Reding
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Legenda Banyuwangi. Foto: Pexels.com/Mathias Reding
ADVERTISEMENT
Legenda Banyuwangi merupakan kisah rakyat yang diwariskan secara turun-temurun dan masih dipercaya sebagai asal-usul nama daerah di ujung timur Pulau Jawa.
ADVERTISEMENT
Cerita ini memiliki nilai budaya dan moral yang kuat, serta berkembang dari masa ke masa dalam berbagai versi.
Keberadaan legenda tersebut juga telah diabadikan dalam bentuk relief di beberapa candi di Jawa Timur.

Legenda Banyuwangi

Ilustrasi Legenda Banyuwangi. Foto: Pexels.com/Alexandros Chatzidimos
Legenda Banyuwangi dikenal melalui kisah tragis dan penuh pengorbanan yang dialami oleh Sri Tanjung dan Raden Sidapaksa pada era Kerajaan Majapahit.
Mengutip dari p2k.stekom.ac.id, Sri Tanjung dan Raden Sidapaksa dikenal sebagai pasangan suami istri yang setia dan saling mencintai, hingga suatu hari datang ujian berat yang mengguncang rumah tangga mereka.
Raden Sidapaksa merupakan seorang kesatria tampan dan kuat, sedangkan Sri Tanjung dikenal sebagai perempuan dengan paras menawan dan keturunan bidadari.
Kehidupan mereka awalnya damai, tetapi kecantikan Sri Tanjung menarik perhatian Raja Sulakrama yang licik.
ADVERTISEMENT
Raja Sulakrama memendam hasrat terhadap Sri Tanjung dan berniat memilikinya. Demi mencapai tujuannya, ia menyusun rencana licik untuk menyingkirkan Raden Sidapaksa dengan mengirimnya dalam misi berbahaya ke Swargaloka.
Dalam surat tugas itu, raja menulis tuduhan palsu agar para dewa menghukum Sidapaksa.
Meski sempat disiksa karena isi surat tersebut, Sidapaksa akhirnya dibebaskan setelah para dewa menyadari bahwa ia adalah keturunan Pandawa. Ia pun mendapat berkah dan kembali ke bumi.
Sementara itu, di istana Raja Sulakrama mencoba menggoda Sri Tanjung yang ditinggal suaminya. Meski berkali-kali ditolak, raja tetap memaksa hingga terjadi peristiwa yang mengubah segalanya.
Ketika Sidapaksa kembali, ia memergoki istrinya dalam posisi yang dianggap mencurigakan bersama sang raja.
Sulakrama memanfaatkan situasi dan memfitnah Sri Tanjung seolah-olah wanita itu berselingkuh. Dikuasai amarah dan cemburu, Sidapaksa percaya begitu saja dan menolak mendengar penjelasan istrinya.
ADVERTISEMENT
Sri Tanjung bersumpah bahwa dirinya tak bersalah dan memohon agar dibunuh jika memang dianggap berkhianat. Ia berkata bahwa bila darah yang keluar dari tubuhnya berbau wangi, maka itu menjadi bukti bahwa ia tidak bersalah.
Saat Sidapaksa menikamnya dengan keris, kejadian ajaib pun terjadi. Dari luka Sri Tanjung tidak mengalir darah, melainkan air yang harum semerbak.
Keajaiban ini membuat Sidapaksa sadar akan kesalahan besar yang telah ia perbuat terhadap istrinya.
Legenda Banyuwangi tidak berhenti sampai di situ, karena setelah kematian Sri Tanjung, para dewa menghidupkannya kembali di Swargaloka.
Dewi Durga bersama para dewa lainnya merasa iba dengan ketidakadilan yang dialami Sri Tanjung. Mereka lalu memulihkannya dan memerintahkan Sidapaksa untuk menegakkan keadilan.
ADVERTISEMENT
Dengan penuh penyesalan dan kemarahan terhadap kelicikan Raja Sulakrama, Sidapaksa kemudian menantang sang raja dan berhasil mengalahkannya dalam sebuah pertempuran.
Dalam peninggalan sejarah seperti Candi Penataran dan Candi Bajang Ratu, kisah Sri Tanjung digambarkan dalam bentuk relief.
Bentuk cerita yang divisualisasikan dalam panil-panil candi menyerupai wayang beber, menggambarkan karakter-karakter utama dalam berbagai adegan penting.
Walau versi relief ini tidak secara langsung menyebut Banyuwangi, penafsiran kisah tersebut tetap mengikuti inti cerita rakyat yang berkembang di masyarakat.
Legenda Banyuwangi menjadi simbol tentang kesetiaan dan keteguhan hati. Cerita ini terus dikenang oleh masyarakat dan menjadi warisan budaya tak ternilai dari masa lalu. (Shofia)
ADVERTISEMENT