Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Legenda Gunung Kawi dan Kisah Spiritual Eyang Djoego
23 Juli 2024 20:19 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Membahas tentang Gunung Kawi selalu dikaitkan dengan lokasi angker, pesugihan, dan aroma mistis. Namun, lepas dari semua itu, legenda Gunung Kawi yang dipercaya masyarakat sekitar berasal dari kisah tokoh yang menyiarkan agama Islam bernama Eyang Djoego. Lantas bagaimana kisahnya?
ADVERTISEMENT
Simak selengkapnya, dalam pembahasan berikut!
Kisah Mbah Djoego dan Gunung Kawi
Prasto Wardoyo, dkk dalam buku berjudul Gunung Kawi: Fakta & Mitos menjelaskan bahwa Gunung Kawi berlokasi di ketinggian 2.860 mdpl, di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Dahulunya bernama Ngajum dan berubah menjadi Wonosari.
Pada tahun 1825 terjadi perang besar antara Pangeran Diponegoro dan prajuritnya melawan Belanda dalam Perang Jawa atau Perang Diponegoro.
Pada perang tersebut pasukan yang selamat melarikan diri, salah satunya Kiai Zakaria II. Beliau dikenal masyarakat dengan kebijakan piwulang dan daya linuwih-nya
Beliau selama pelariannya menjadi pengembara sekaligus menyebarkan ajaran Islam pada kawasan yang dilaluinya. Selama perjalanan, Beliau selalu menolong siapa saja yang ditemui tanpa pandang bulu.
ADVERTISEMENT
Perjalanan Kiai Zakaria II berhenti di tepi Sungai Brantas di kawasan Desa Sanan, Kesamben, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Beliau bertemu seorang warga sekitar yang bernama Tasiman.
Tasiman menanyakan asal-usul Kiai Zakaria II, namun Beliau tidak memberitahukannya dengan alasan keselamatan. Beliau tidak mau keberadaannya terendus tentara Belanda. Kiai Zakaria II kemudian menjelaskan dalam bahasa Jawa, “ Kulo niki sajugo,” yang artinya saya ini sendirian.
Mendengar penjelasan tersebut, Tasiman beranggapan bahwa nama orang yang ia temui adalah Jugo. Kemudian Tasiman dan masyarakat sekitar mengenal Kiai Zakaria II dengan Eyang Djoego atau Mbah Djoego.
Suatu ketika, desa tersebut mendapatkan wabah penyakit berbahaya sampai penduduknya banyak yang meninggal. Eyang Djoego kemudian membuat ramuan jamu untuk menyembuhkan penduduk. Usahanya berhasil dan meski banyak yang menyanjungnya, Beliau tetap rendah hati.
ADVERTISEMENT
Suatu hari, Eyang Djoego memperoleh firasat akan datangnya kematian. Atas hal ini, beliau membuat wasiat untuk dimakamkan di lereng Gunung Kawi Malang.
Firasat tersebut benar terjadi, pada 1 Selo (bukan Tahun 1817 M hari Senin Pahing, Eyang Djoego wafat. Setelah wafatnya Eyang Djoego, kawasan Gunung Kawi semakin ramai didatangi orang yang berziarah.
Sayangnya, seiring perkembangan zaman semakin banyak orang yang datang ke Gunung Kawi namun dengan tujuan yang salah. Di mana masyarakat beranggapan bahwa Gunung Kawi adalah lokasi pencari pesugihan.
Bahkan sekarang, Gunung Kawi identik dengan lokasi yang negatif. Jelas keyakinan ini sangatlah menyimpang dengan kepribadian Eyang Djoego yang sangat religius dan suka menolong sesama.
Demikianlah penjelasan tentang legenda Gunung Kawi dan kisah spiritualitas Eyang Djoego. Semoga membantu. (eK)
ADVERTISEMENT