Konten dari Pengguna

Legenda Gunung Tampomas Cerita Rakyat Jawa Barat

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
18 September 2024 11:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kisah legenda Gunung Tampomas, Pexels/Laura Stanley
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kisah legenda Gunung Tampomas, Pexels/Laura Stanley
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Legenda Gunung Tampomas adalah cerita rakyat yang ada di Indonesia. Cerita ini berkembang di daerah Sumedang, Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Legenda Gunung Tampomas diwariskan bertahun-tahun dari generasi ke generasi. Cerita ini memiliki nilai moral yang bermanfaat apabila diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Legenda Gunung Tampomas

Ilustrasi kisah legenda Gunung Tampomas, Pexels/Mateusz Sałaciak
Terdapat berbagai cerita yang mengisahkan legenda Gunung Tampomas.
Berikut adalah kisah legenda Gunung Tampomas, cerita rakyat asal Jawa Barat yang penuh misteri berdasarkan tayangan LEGENDA GUNUNG TAMPOMAS ~ Cerita Rakyat Jawa Barat di kanal YouTube Dongeng Kita.
Cerita rakyat legenda Gunung Tampomas disebut juga Sasakala Gunung Tampomas. Kisah ini menceritakan asal mula penyebutan Gunung Tampomas.
Dahulu kala di zaman Kerajaan Sumedang terdapat sebuah gunung yang dikenal dengan nama Gunung Gede. Pada suatu hari tiba-tiba puncak Gunung Gede mengeluarkan asap putih.
Asap tersebut membuat hewan-hewan berlarian meninggalkan lereng gunung gede. Tidak lama kemudian sebuah gempa mengguncang daerah disekitar Gunung Gede.
ADVERTISEMENT
Gunung itupun meletus. Suaranya menggelegar hingga terdengar ke seluruh penjuru Kerajaan Sumedang Raja Sumedang. Raja yang berada di istana terkejut dengan suara letusan Gunung Gede.
Sementara itu lahar panas yang menyala mengalir dari puncak Gunung Gede hingga ke sawah dan ladang penduduk. Sawah yang tinggal menunggu panen itu pun terbakar habis.
Letusan itu tidak hanya terjadi sekali tetapi berulang selama beberapa hari. Lahar panas terus mengalir hingga mencapai perkampungan penduduk sehingga banyak rumah penduduk terbakar habis.
Para penduduk banyak yang mengungsi jauh dari kampung halamannya. Raja yang melihat situasi gawat itu menyuruh Patih segera menghadap.
Setelah Raja berdiskusi dengan patih, Ia pun memohon petunjuk kepada Tuhan agar menemukan jalan keluar dari bencana ini. Raja Sumedang yang cemas dengan keadaan rakyatnya itu memasuki ruangan khusus untuk bersemedi di tengah malam.
ADVERTISEMENT
Setelah beberapa hari bersemedi akhirnya Raja mendengarkan bisikan gaib. Bisikan itu memerintahkan dirinya untuk melemparkan keris emas milik nenek nenek moyangnya ke dalam kawah Gunung Gede. Setelah mendengarkan bisikan gaib Raja pun jatuh pingsan.
Merasa khawatir dengan kondisi Raja karena telah beberapa hari tidak keluar dari ruang semedi, prajurit penjaga memberanikan diri memasuki ruangan semedi. Ia mendapati Raja telah jatuh pingsan akhirnya membawanya keluar.
Prajurit tersebut segera memanggil Patih dan para tabib istana. Raja pun pun sadar dan langsung menyampaikan pada Patih bahwa ia harus menuju kawah Gunung Gede untuk melemparkan keris emas milik nenek nenek moyangnya.
Raja akhirnya menunggangi kuda pergi ke puncak Gunung Gede. Berbagai rintangan telah melewati Raja tidak menyurutkan tekadnya untuk keselamatan rakyat Sumedang.
ADVERTISEMENT
Setelah tiba di puncak Gunung Gede dengan susah payah Raja mendekati tepi kawah dan melemparkan keris emas milik nenek neneknya ke dalam kawah. Keajaiban pun terjadi, Gunung Gede yang tadinya bergolak perlahan-lahan menjadi tenang.
Suara gemuruh pun tidak terdengar lagi. Raja bersyukur petunjuk itu ternyata benar-benar dapat menyelamatkan rakyat dari letusan gunung.
Kisah legenda Gunung Tampomas harus dilestarikan kepada generasi mendatang agar dapat dijadikan pembelajaran. Cerita ini mengajarkan bahwa doa, dan pengorbanan dari seorang pemimpin dapat menyelamatkan rakyat dari bencana yang besar.