Konten dari Pengguna

Mengenal Ciri-ciri Sosialisasi Sekunder dalam Ilmu Sosiologi

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
27 September 2023 21:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ciri-ciri sosialisasi sekunder. Sumber foto: pexels/Yan Krukau
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ciri-ciri sosialisasi sekunder. Sumber foto: pexels/Yan Krukau
ADVERTISEMENT
Ada beberapa hal yang menjadi ciri-ciri sosialisasi sekunder dalam ilmu sosiologi yang perlu untuk diketahui.
ADVERTISEMENT
Dalam buku Sosiologi: Memahami dan Mengkaji Masyarakat yang ditulis oleh Janu murdiyatmoko, sosialisasi sekunder merujuk pada proses pembelajaran dan penyesuaian individu terhadap norma, nilai, dan peran sosial yang lebih spesifik dan terbatas.
Hal ini terjadi setelah individu mengalami sosialisasi primer, yang terjadi pada masa kanak-kanak dan melibatkan pembelajaran norma dan nilai dasar dalam masyarakat.
Sosialisasi tidak hanya terbatas pada proses belajar di keluarga, tetapi juga melibatkan berbagai agen sosialisasi, termasuk sosialisasi sekunder.

Ciri-ciri Sosialisasi Sekunder

Ilustrasi ciri-ciri sosialisasi sekunder. Sumber foto: pexels/Yan Krukau.

Contoh Sosialisasi Sekunder

1. Luar Lingkungan Keluarga

Sosialisasi sekunder terjadi di luar lingkungan keluarga. Ini mencakup pengalaman yang individu dapatkan di sekolah, dengan teman-teman sebaya, di tempat kerja, dan dalam interaksi dengan masyarakat lebih luas.
ADVERTISEMENT

2. Pengaruh yang Beragam

Dalam sosialisasi sekunder, individu terpapar pada beragam pengaruh yang mencakup banyak orang dan norma-norma yang beragam. Hal ini ni berbeda dengan sosialisasi primer, yang lebih terfokus pada pengaruh keluarga.

3. Pengalaman Beragam

Sosialisasi sekunder melibatkan pengalaman yang lebih beragam. Bisa termasuk berinteraksi dengan orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda, berbagai nilai, dan norma-norma yang berbeda pula.

4. Kurangnya Kontrol Orang Tua

Dalam sosialisasi sekunder, individu mungkin memiliki lebih sedikit pengawasan dari orang tua. Hal inilah yang membuat anak menjadi lebih mandiri dalam mengeksplorasi dunia di luar keluarga.

5. Penting untuk Pembentukan Identitas

Sosialisasi sekunder memainkan peran penting dalam membentuk identitas individu. Selama masa remaja dan dewasa muda, individu mulai mengeksplorasi siapa diri mereka sebenarnya. Dan pengalaman sosialisasi sekunder membantu mereka menjawab pertanyaan tersebut.
ADVERTISEMENT

6. Pengalaman di Sekolah

Salah satu contoh utama sosialisasi sekunder adalah pengalaman di sekolah. Di sini, individu belajar bukan hanya dari guru dan kurikulum. Tetapi juga dari interaksi dengan teman-teman sebaya, norma-norma sekolah, dan budaya sekolah itu sendiri.
Jadi, sosialisasi sekunder dalam ilmu sosiologi adalah proses belajar dan internalisasi nilai-nilai, norma-norma, dan budaya yang berlaku di luar keluarga. Selain itu, juga melibatkan berbagai pengalaman dan pengaruh yang membantu membentuk identitas individu dalam masyarakat yang lebih luas.
Dengan pemahaman tentang ciri-ciri sosialisasi sekunder ini, kita dapat lebih baik mengerti bagaimana individu terbentuk dalam konteks sosial yang lebih luas. (DAI)