Konten dari Pengguna

Mengenal Sejarah Rebo Wekasan, Rabu Terakhir dalam Bulan Safar

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
5 September 2024 21:50 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Mengenal Sejarah Rebo Wekasan, Unsplash/Seorang Fadli
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Mengenal Sejarah Rebo Wekasan, Unsplash/Seorang Fadli
ADVERTISEMENT
Sejarah Rebo Wekasan, atau juga dikenal sebagai Rebo Pungkasan, merupakan tradisi yang dilaksanakan pada hari Rabu terakhir di bulan Safar dalam penanggalan Islam.
ADVERTISEMENT
Ritual ini populer di beberapa daerah di Indonesia, terutama di Jawa dan Sumatera, dan diyakini sebagai hari yang penuh berkah sekaligus mengandung potensi bahaya.

Sejarah Rebo Wekasan

Ilustrasi Sejarah Rebo Wekasan, Unsplash/wdtoro
Mengutip dari laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, sejarah Rebo Wekasan dikaji melalui beberapa versi.
Versi pertama menyebutkan bahwa tradisi ini sudah ada sejak 1784, yang berkaitan dengan seorang kyai yang dikenal memiliki kemampuan luar biasa dalam agama dan penyembuhan.
Kyai tersebut adalah Faqih Usman, atau lebih dikenal sebagai Kyai Wonokromo Pertama atau Kyai Welit.
Kyai Faqih terkenal karena kemampuannya menyembuhkan penyakit melalui metode disuwuk, yaitu membacakan ayat-ayat Al-Qur'an pada air yang kemudian diminum oleh pasien.
Kepopuleran Kyai Faqih membuatnya mendapatkan penghargaan dari Sri Sultan Hamengku Buwono I. Setelah kepergiannya, masyarakat masih percaya bahwa Rebo Wekasan adalah hari untuk mencari berkah.
ADVERTISEMENT
Versi kedua serupa dengan yang pertama, tetapi mengaitkan upacara Rebo Wekasan dengan tradisi Kraton Mataram di bawah Sultan Agung sejak tahun 1600.
Pada masa pemerintahan Mataram, terjadi wabah penyakit atau pagebluk. Sebagai upaya menolak bala, diadakan ritual yang kemudian dikenal sebagai Rebo Wekasan sebagai bentuk doa.
Versi ketiga menceritakan Kyai Muhammad Faqih dari Desa Wonokromo, yang juga dikenal sebagai Kyai Welit karena pekerjaannya membuat atap dari rumbia.
Masyarakat mendatangi Kyai Welit untuk membuat tolak bala berbentuk rajah Arab. Rajah ini kemudian dimasukkan ke dalam air yang digunakan untuk mandi dengan harapan keselamatan.
Tradisi ini kemudian dikenal sebagai malam Rabu Pungkasan atau Rebo Wekasan.
Beberapa pendapat lain menghubungkan Rabu Wekasan dengan penyebaran agama Islam di Indonesia. Abdul Hamid Quds berpendapat bahwa pada hari Rabu terakhir setiap tahun di Bulan Safar, terdapat 32.000 bala yang diturunkan oleh Allah.
ADVERTISEMENT
Wali Songo dianggap berperan dalam pengembangan tradisi ini. Menurut masyarakat Desa Suci, Kabupaten Gresik, Sunan Giri memberikan petunjuk tentang sumber air saat kekeringan dan menginstruksikan untuk mengadakan upacara adat Rebo Wekasan.
Itulah sejarah Rebo Wekasan, Rabu terakhir dalam bulan Safar yang menarik untuk diketahui. (Adi)