Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Mengenal Teori Lewis A Coser dalam Sosiologi secara Lengkap
10 Agustus 2023 19:31 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Berdasarkan teori Lewis A Coser dalam Sosiologi, konflik sebenarnya terbagi menjadi dua, yaitu konflik realistis dan non-realistis. Lewis A Coser adalah salah satu ahli yang menjelaskan tentang asal usul konflik.
ADVERTISEMENT
Konflik sendiri merupakan persepsi tentang perbedaan kepentingan atau kepercayaan bahwa aspirasi pihak-pihak tertentu tidak dapat dicapai secara bersamaan. Sebenarnya teori konflik termasuk bagian dari teori Sosiologi modern yang dikembangkan oleh para sosiolog-naturalis.
Dikutip dari Buku Manajemen Konflik Dalam Olahraga (Solusi Pemecahan Konflik Dalam Dunia Olahraga Di Indonesia) karya Dr. Albertus Fenanlampir, S.Pd., M.Pd., berikut ini penjabaran lengkap tentang teori dari Lewis A Coser.
Teori Lewis A Coser dalam Sosiologi
Selama lebih dari dua puluh tahun, Lewis A Coser tetap konsisten pada model Sosiologi yang tertumpu pada struktur sosial.
Berbeda dengan ahli sosiologi lainnya, Lewis A Coser lebih memilih untuk menunjukkan berbagai sumbangan konflik yang secara potensial positif. Coser sendiri mengembangkan perspektif konflik karya ahli Sosiologi Jerman, George Simmel.
ADVERTISEMENT
Lewis A Coser menyimpulkan bahwa konflik merupakan proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial. Konflik bisa menempatkan dan menjaga garis batas antara dua kelompok atau lebih.
Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali identitas kelompok dan melindunginya agar tidak melebur ke dalam dunia sosial di sekelilingnya.
Pembagian Konflik Menurut Coser
Lewis A Coser membagi konflik menjadi dua bagian yaitu:
1. Konflik Realistis
Pertama ada konflik realistis yang berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan-tuntutan khusus yang terjadi dalam hubungan. Konflik ini terjadi akibat dari perkiraan keuntungan para partisipan terlihat mengecewakan.
Misalnya, pemain sepak bola yang mogok latihan karena gajinya belum dibayarkan dalam beberapa bulan.
2. Konflik Non-Realistis
Konflik non-realistis merupakan konflik yang bukan berasal dari tujuan-tujuan saingan antagonis, tapi untuk meredakan ketegangan dari salah satu pihak. Lewis A Coser menjelaskan bahwa pembalasan dendam masyarakat yang buta huruf biasanya melalui ilmu gaib seperti santet, teluh dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Dapat disimpulkan bahwa menurut teori Lewis A Coser dalam Sosiologi, konflik terbagi menjadi dua, yaitu konflik realistis dan non-realistis. Kedua konflik ini sangat berbeda dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. (DSI)