Konten dari Pengguna

Mengetahui Latar Belakang beserta Akhir Perang Diponegoro

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
16 September 2023 13:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi akhir Perang Diponegoro. Sumber: ha11ok/pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi akhir Perang Diponegoro. Sumber: ha11ok/pixabay.com
ADVERTISEMENT
Perang Diponegoro adalah peperangan antara pribumi dan tentara Belanda. Akhir Perang Diponegoro sendiri, yaitu Pangeran Diponegoro yang akhirnya terkena tipu muslihat dari koloni Belanda.
ADVERTISEMENT
Hartono dalam Perang Jawa Terbesar (Perang Diponegoro) 1825-1830 dalam Pandangan Konsep Perang Semesta atau Total War menyebutkan jika Perang Diponegoro adalah perang Jawa terbesar yang terjadi mulai tahun 1825.
Untuk memahami lebih lanjut mengenai latar belakang dan akhir Perang Diponegoro, baca artikel ini sampai tuntas.

Latar Belakang dan Akhir Perang Diponegoro

Ilustrasi akhir Perang Diponegoro. Sumber: 51581/pixabay.com
Perang Diponegoro adalah perang Jawa yang terjadi sejak tahun 1825 sampai 1830 dan menelan korban jiwa hingga ratusan ribu warga Jawa serta puluhan ribu dari Belanda.
Adapun latar belakang dan akhir Perang Diponegoro adalah.

1. Latar Belakang

Latar belakang Perang Diponegoro, yaitu karena pihak Belanda yang ikut campur dengan masalah kerajaan atau keraton. Hal ini ternyata membuat pihak kerajaan tak berdaya akan pengaruh politik dari pemerintah Belanda.
ADVERTISEMENT
Selain itu, penyebab Perang Diponegoro adalah karena pemasangan tonggak untuk pembuatan rel kereta api yang justru melewati makam leluhur Pangeran Diponegoro.

2. Kronologi Perang Diponegoro

Perang Diponegoro dimulai pada 20 Juli 1825 ketika pihak Belanda mengutus dua bupati senior untuk menangkap Pangeran Diponegoro serta Mangkubumi yang berada di Tegalrejo.
Pada saat itu, Pangeran Diponegoro beserta pasukannya mampu menyelamatkan diri. Akan tetapi, rumahnya habis terbakar.
Kemudian, Pangeran Diponegoro berusaha untuk melawan Belanda dengan melibatkan elemen masyarakat, salah satunya adalah Kyai Mojo.
Kala itu, Pangeran Diponegoro mampu menduduki Keraton Yogyakarta dalam waktu 3 minggu. Perlawanan tersebut terus meluas sampai wilayah Magetan, Madiun, Kediri, hinggga seluruh wilayah Jawa.
Selain itu, Perang Diponegoro juga dilakukan dengan taktik gerilya yang puncaknya pada 1827 saat Belanda mengerahkan 23.000 prajurit untuk menyerang Diponegoro.
ADVERTISEMENT
Belanda sendiri menggunakan teknik Benteng Stelsel yang dilakukan dengan membangun benteng di wilayah Jawa Timur serta Jawa Tengah sehingga Pangeran Diponegoro akan lebih sempit pergerakannya.
Pada 1829, Kyai Mojo berhasil ditangkap dan disusul oleh Alibasah Sentot Prawirodijo serta Pangeran Mangkubumi. Lanjut, pada 21 September 1829, Belanda menyusun sayembara kepada masyarakat untuk menangkap Pangeran Diponegoro.

3. Akhir Perang Diponegoro

Pada 16 Februari 1830, Pangeran Diponegoro memutuskan bertemu dengan Kolonel Baptist Cleerens, utusan Jenderal de Kock. Sayangnya, hal ini adalah bentuk rencana dari pihak Belanda.
Pasukan Belanda kemudian menyiapkan penangkapan Pangeran Diponegoro pada 25 Maret 1830 dan pada 28 Maret 1830, Jenderal de Kock akhirnya menjepit pasukan Pangeran Diponegoro dan berhasil menangkapnya.
Akhir Perang Diponegoro sendiri adalah penangkapan Pangeran Diponegoro untuk diasingkan di Ungaran, Semarang, lalu dipindah ke Batavia, Manado, Benteng Nieuw Amsterdam, dan akhirnya wafat di Benteng Rotterdam tanggal 8 Januari 1855.
ADVERTISEMENT
Demikian sederet informasi mengenai akhir Perang Diponegoro. [ENF]