Konten dari Pengguna

Mitologi Rubah Ekor Sembilan: Legenda dan Makna Dibaliknya

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
29 Oktober 2024 19:45 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Mitologi Rubah Ekor Sembilan,Foto: Pexels/ monicore
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Mitologi Rubah Ekor Sembilan,Foto: Pexels/ monicore
ADVERTISEMENT
Mitologi rubah ekor sembilan, atau yang dikenal dengan sebutan "Kitsune" dalam budaya Jepang, merupakan salah satu kisah paling menarik dan misterius dalam dunia mitologi.
ADVERTISEMENT
Dalam tradisi ini, rubah digambarkan sebagai makhluk yang memiliki kemampuan luar biasa, termasuk transformasi menjadi manusia dan penguasaan sihir.
Dengan sembilan ekor yang melambangkan kekuatan dan kebijaksanaan, Kitsune tidak hanya berfungsi sebagai simbol kecerdikan, tetapi juga sebagai jembatan antara dunia manusia dan dunia supernatural.

Legenda Mitologi Rubah Ekor Sembilan

Ilustrasi Mitologi Rubah Ekor Sembilan,Foto: Pexels/ Dmitry Demidov
Dikutip dari roningallery.com mitologi rubah ekor sembilan, karakter yang terkenal dalam mitos dan cerita rakyat Jepang yaitu rubah atau kitsune dikenal sebagai makhluk cerdas dan ajaib yang sering diasosiasikan dengan roh Shinto Inari.
Terdapat dua jenis rubah, zenko yang khusus berhubungan dengan Inari, dan yako, atau rubah ladang, yang lebih dikenal sebagai pembuat onar.
Kitsune memiliki kemampuan berubah bentuk, seringkali menjelma menjadi gadis muda, pria tua, atau paling umum, wanita yang sangat cantik dan menarik.
ADVERTISEMENT
Jumlah ekornya mencerminkan tingkat kebijaksanaan dan kemampuan magis, dengan rubah berekor sembilan dianggap sangat kuat. Salah satu kisah terkenal adalah tentang Tamamo no Mae, rubah berekor sembilan yang terhubung dengan Kaisar Konoe.
Cerita ini menjadi pengingat akan sifat mistis makhluk ini. Ketika Kaisar Konoe jatuh sakit, berbagai doa dan konsultasi dilakukan, namun kesehatannya terus memburuk.
Ahli nujum istana, Abe no Yasuchika, mencurigai bahwa penyakitnya disebabkan oleh sihir, bukan penyakit biasa. Kecurigaan ini muncul saat lilin padam oleh angin, sementara cahaya memancar dari Tamamo no Mae, kecantikan kesayangan kaisar.
Meski ahli nujum menyarankan agar Tamamo no Mae dijauhkan, kaisar yang lemah menolak melepaskannya. Dalam upaya menyelamatkan kaisar, Abe no Yasuchika mengundang Tamamo no Mae untuk berdoa di kuil.
ADVERTISEMENT
Meskipun menolak, dibawa ke sana di mana akhirnya berubah menjadi rubah berekor sembilan dengan bulu emas.
Setelah identitasnya terungkap, terbang ke langit menuju dataran Nasu. Prajurit setia, Kazusanosuke dan Miuranosuke, berusaha memburunya.
Meskipun dapat menghindar, Tamamo no Mae muncul dalam mimpi Miuranosuke, meramalkan kematiannya dan meminta belas kasihan. Akhirnya, dibunuh oleh Miuranosuke dan mengubah dirinya menjadi batu yang dikenal sebagai sesshoseki atau "batu kematian."
Dikatakan bahwa melihat batu ini bisa berbahaya, dan menyentuhnya membawa kematian.
Kisah rubah berekor sembilan ini juga terhubung dengan Baosi, selir Raja You dari Dinasti Zhou di Tiongkok, dan baru tiba di Jepang pada abad ke-8 setelah diangkut oleh kapal dari Tiongkok.
Kisah ini kemungkinan berhubungan dengan Fujiwara no Tokuko, pelacur kesayangan Kaisar Konoe yang memiliki pengaruh besar.
ADVERTISEMENT
Saat ini, mitos ini diingat di Nasu, Prefektur Tochigi, di mana sesshoseki masih ada, dikelilingi oleh pegunungan dan sumber air panas belerang, dan ditandai dengan papan kayu.
Travis Suzaka dari Galeri Ronin pernah mengunjungi lokasi peristirahatan terakhir rubah berekor sembilan yang terkenal tersebut.
Mitologi rubah ekor sembilan adalah contoh yang kuat tentang bagaimana cerita rakyat dapat mencerminkan nilai-nilai, ketakutan, dan keinginan masyarakat.
Mitos ini terus diingat dan diperingati, tidak hanya sebagai bagian dari sejarah Jepang, tetapi juga sebagai pengingat akan kekuatan cerita yang dapat membentuk budaya dan membangun pemahaman tentang dunia di sekitar. (shr)