news-card-video
21 Ramadhan 1446 HJumat, 21 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Mitos Gunung Slamet yang Masih Diyakini hingga Kini

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
20 Maret 2025 18:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi mitos Gunung Slamet. Pexels/Tom Fisk
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mitos Gunung Slamet. Pexels/Tom Fisk
ADVERTISEMENT
Mitos Gunung Slamet menjadi salah satu kisah turun-temurun yang hingga kini masih dipercaya oleh masyarakat di sekitar lereng gunung. Gunung Slamet dikenal sebagai gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa setelah Gunung Semeru.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari laman repository.ump.ac.id, banyak penduduk lokal yang meyakini bahwa Gunung Slamet merupakan gunung yang keramat.
Tidak heran jika beberapa jalur pendakian dikenal mistis.Bahkan, ada sejumlah larangan yang tak boleh dilanggar oleh para pendaki jika ingin selamat sampai tujuan.

Mitos Gunung Slamet yang Masih Dipercaya

Ilustrasi mitos Gunung Slamet. Pixabay/Super8photography.
Salah satu mitos Gunung Slamet yang paling populer adalah kisah tentang "jalur gaib." Konon, ada jalur pendakian tak terlihat yang hanya bisa dilalui oleh mereka yang memiliki ilmu khusus atau sedang dalam kondisi spiritual tertentu.
Para pendaki yang hilang tanpa jejak sering dikaitkan dengan tertariknya mereka ke jalur gaib ini. Cerita ini banyak berkembang di kalangan warga sekitar dan juga komunitas pendaki.
Selain itu, terdapat pula kepercayaan tentang adanya kerajaan gaib di puncak Gunung Slamet. Beberapa orang mengaku pernah melihat istana megah tak kasatmata atau mendengar suara gamelan dari arah puncak saat malam tiba.
ADVERTISEMENT
Masyarakat juga percaya bahwa Gunung Slamet memiliki "penjaga" yang tidak suka dengan ulah tidak sopan. Pendaki yang berkata kasar, membuang sampah sembarangan, atau bersikap sombong diyakini bisa mengalami kejadian buruk, seperti kesurupan atau tersesat.
Oleh karena itu, banyak yang memberi wejangan kepada para pendaki agar menjaga sikap dan niat saat mendaki gunung ini.
Ada pula mitos bahwa nama “Slamet” atau “selamat” merupakan simbol harapan agar gunung tersebut tidak meletus. Hal ini tercermin dari keyakinan masyarakat bahwa memberi nama positif pada gunung akan menenangkan energi yang ada di dalamnya.
Mitos lainnya seperti terserat dalam Ramalan Jayabaya, Gunung Slamet akan meletus dan menyebabkan Pulau Jawa terbelah menjadi dua.
Hal ini masih dipercaya oleh sebagian masyarakat mengingat letusan Gunung Slamet pada tahun 1748 telah menyebabkan kerusakan yang cukup parah.
ADVERTISEMENT

Tradisi dan Kepercayaan Turun-Temurun

Ilustrasi mitos Gunung Slamet. Pixabay/Atranians.
Beberapa tradisi lokal masih dilakukan untuk menghormati keberadaan Gunung Slamet. Di antaranya adalah ritual sedekah bumi dan ziarah ke beberapa tempat keramat di kaki gunung.
Tradisi ini dianggap sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan makhluk halus penjaga alam.
Pemerintah daerah pun tak jarang melakukan pendekatan budaya dan spiritual dalam pengelolaan kawasan gunung. Hal ini menunjukkan bahwa aspek mistis Gunung Slamet masih dianggap penting oleh sebagian masyarakat.
Meskipun zaman sudah modern, mitos Gunung Slamet tetap bertahan dan menjadi bagian dari identitas budaya masyarakat di sekitarnya. Baik dipercaya atau tidak, mitos tersebut telah melekat erat dengan citra Gunung Slamet hingga hari ini. (rudin)
ADVERTISEMENT