news-card-video
29 Ramadhan 1446 HSabtu, 29 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Ogoh-Ogoh, Karya Seni Bali dengan Makna Mendalam

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
26 Maret 2025 12:21 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Ogoh-Ogoh, Karya Seni Bali dengan Makna Mendalam, Unsplash/Robbi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Ogoh-Ogoh, Karya Seni Bali dengan Makna Mendalam, Unsplash/Robbi
ADVERTISEMENT
Ogoh-ogoh merupakan bagian dari tradisi perayaan Nyepi di Bali yang melambangkan Bhuta Kala, yakni kekuatan negatif yang harus disucikan.
ADVERTISEMENT
Patung raksasa ini dibuat dengan berbagai bentuk menyeramkan dan diarak keliling desa dalam upacara Tawur Kesanga sebelum akhirnya dibakar atau dimusnahkan.
Tradisi ini bukan hanya menjadi simbol pengusiran roh jahat, tetapi juga mencerminkan kreativitas masyarakat Bali dalam seni dan budaya. Pawai ogoh-ogoh juga selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin melihat langsung keunikan tradisi ini.

Pengertian Ogoh-Ogoh

Ilustrasi Pengertian Ogoh-Ogoh, Unsplash/Robbi
Mengutip dari prokomsetda.bulelengkab.go.id, ogoh-ogoh adalah karya seni patung khas dalam kebudayaan Bali yang umumnya diarak saat upacara Pengrupukan, sehari sebelum Hari Raya Nyepi.
Patung ini biasanya menggambarkan sosok Bhuta Kala, yang dalam ajaran Hindu Dharma melambangkan kekuatan alam semesta dan waktu yang tak terukur.
Bhuta Kala sering divisualisasikan sebagai sosok raksasa yang menakutkan, namun seiring perkembangan zaman, ogoh-ogoh juga dibuat menyerupai makhluk mitologis, tokoh pewayangan, bahkan figur-figur terkenal. ​
ADVERTISEMENT
Secara etimologis, istilah "ogoh-ogoh" berasal dari kata dalam bahasa Bali "ogah-ogah," yang berarti sesuatu yang digoyang-goyangkan. Tradisi pembuatan dan pawai ogoh-ogoh diperkirakan mulai berkembang pada awal 1980-an.
Pada tahun 1983, setelah Hari Raya Nyepi ditetapkan sebagai hari libur nasional, masyarakat Bali mulai membuat perwujudan Bhuta Kala yang disebut ogoh-ogoh untuk memeriahkan ritual Nyepi. ​
Pawai ogoh-ogoh melibatkan arak-arakan patung keliling desa yang diiringi gamelan Bali, seperti bleganjur. Setelah pawai, ogoh-ogoh biasanya dibakar sebagai simbol pemusnahan sifat-sifat buruk manusia, seperti nafsu, tamak, iri, dengki, dan dendam.
Meskipun tidak memiliki hubungan langsung dengan upacara pokok Hari Raya Nyepi, tradisi ini telah menjadi bagian integral dalam rangkaian perayaan tersebut, mencerminkan kesadaran manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dahsyat. ​
ADVERTISEMENT
Selain aspek religius, tradisi ogoh-ogoh juga menjadi wadah ekspresi seni dan kreativitas bagi masyarakat Bali, khususnya generasi muda.
Pembuatan ogoh-ogoh melibatkan kerja sama komunitas dan menampilkan nilai-nilai seperti kekeluargaan, persatuan, serta toleransi beragama.
Itulah penjelasan mengenai ogoh-ogoh, karya seni khas kebudayaan Bali.