Konten dari Pengguna

Operasi Pagar Betis dalam Sejarah Indonesia dan Dampaknya

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
8 November 2024 23:24 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Operasi Pagar Betis. Foto: Pexels.com/David Warner
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Operasi Pagar Betis. Foto: Pexels.com/David Warner
ADVERTISEMENT
Operasi Pagar Betis dilancarkan pemerintah Indonesia sebagai upaya tegas untuk menumpas pemberontakan yang saat itu ada di Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Pemberontakan ini dianggap mengancam stabilitas negara dan membuat pemerintah merasa perlu mengambil tindakan militer yang intensif.
Demi menjaga keamanan dan persatuan bangsa, Operasi Pagar Betis diterapkan dengan strategi khusus yang berhasil membawa hasil signifikan.

Operasi Pagar Betis

Ilustrasi Operasi Pagar Betis. Foto: Pexels.com/Mikhail Nilov
Dikutip dari esi.kemdikbud.go.id, operasi Pagar Betis terpaksa digelar pemerintah untuk menangkap Kartosuwiryo dan menumpas pemberontakan Darul Islam (DI) serta Tentara Islam Indonesia (TII) di Jawa Barat.
Pemberontakan ini sudah berlangsung cukup lama dan mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemerintah Indonesia, yang dipimpin oleh Presiden Soekarno, merasa perlu mengambil langkah militer yang lebih tegas untuk mengakhiri ancaman tersebut.
Operasi ini dimulai pada tahun 1959 dengan tujuan utama menekan pemberontakan yang dipimpin oleh Kartosuwiryo yang ingin mendirikan negara Islam di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Operasi Pagar Betis mengandalkan taktik pengepungan yang dikenal dengan istilah "pagar betis."
Dalam taktik ini, pasukan TNI bekerja sama dengan masyarakat untuk mengepung daerah-daerah yang dicurigai menjadi tempat persembunyian pasukan pemberontak.
Dengan mengisolasi daerah tersebut, diharapkan pasokan logistik untuk pasukan DI/TII bisa terputus dan mempersempit ruang gerak mereka.
Tak hanya itu, pengepungan ini juga bertujuan untuk memperburuk kondisi moral pasukan DI/TII yang terjepit dan tidak bisa melakukan perlawanan yang efektif.
Taktik pengepungan ini juga melibatkan masyarakat setempat yang berperan penting dalam membantu pasukan TNI.
Masyarakat turut serta dalam pengamanan wilayah, memberikan informasi mengenai pergerakan pemberontak, serta menjaga daerah mereka agar tidak jatuh ke tangan musuh.
Pendekatan ini menggabungkan strategi militer dan keterlibatan warga, yang terbukti efektif dalam melemahkan pemberontak.
ADVERTISEMENT
Operasi Pagar Betis terus berlanjut hingga akhirnya pada 4 Juni 1962, Kartosuwiryo berhasil ditangkap di Gunung Geber, sebuah kawasan pegunungan yang sebelumnya menjadi markas besar pasukan DI/TII.
Penangkapan Kartosuwiryo menjadi titik balik dalam pemberontakan ini, yang pada akhirnya membuat pasukan DI/TII kehilangan arah dan kekuatan mereka.
Operasi Pagar Betis tidak hanya menghasilkan penangkapan Kartosuwiryo, tetapi juga membawa dampak besar bagi stabilitas di Jawa Barat.
Setelah pemberontakan DI/TII dihentikan, pemerintah Indonesia berhasil mengembalikan ketertiban dan keamanan di wilayah tersebut.
Masyarakat yang sebelumnya hidup dalam ketakutan dan kekacauan kini dapat menjalani kehidupan dengan lebih aman.
Selain itu, dampak jangka panjang dari operasi ini terlihat dalam penguatan kontrol pemerintah di wilayah-wilayah yang sempat dikuasai oleh DI/TII.
ADVERTISEMENT
Pemerintah kemudian memberikan hukuman mati kepada Kartosuwiryo sebagai bentuk penegakan hukum yang tegas terhadap pemberontakan tersebut.
Dengan demikian, operasi ini menegaskan bahwa upaya-upaya untuk merongrong pemerintah negara tidak akan dibiarkan begitu saja.
Secara keseluruhan, Operasi Pagar Betis menjadi salah satu operasi militer terbesar dalam sejarah Indonesia, yang menunjukkan kemampuan pemerintah dalam menangani ancaman pemberontakan bersenjata. (Shofia)