Konten dari Pengguna

Pakaian Adat Kalimantan Tengah: Ciri Khas dan Makna Filosofisnya

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
17 April 2025 12:45 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pakaian adat Kalimantan Tengah. Foto: Pexels.com/Sony Feo
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pakaian adat Kalimantan Tengah. Foto: Pexels.com/Sony Feo
ADVERTISEMENT
Pakaian adat Kalimantan Tengah memiliki bentuk dan simbol yang mencerminkan nilai luhur dari budaya suku Dayak.
ADVERTISEMENT
Wilayah ini menyimpan kekayaan tradisi yang masih dilestarikan melalui busana adat yang unik dan penuh makna.
Pakaian adat tersebut tidak hanya dipakai sebagai busana, tetapi juga memiliki filosofi mendalam tentang kehidupan dan perlindungan spiritual.

Pakaian Adat Kalimantan Tengah

Ilustrasi pakaian adat Kalimantan Tengah. Foto: Pexels.com/Sony Feo
Pakaian adat Kalimantan Tengah mencerminkan identitas masyarakat Dayak yang begitu kuat terhadap alam, leluhur, dan perlindungan spiritual.
Mengutip dari mmc2.kalteng.go.id, salah satu pakaian yang sangat ikonik adalah baju sangkarut, atau juga dikenal sebagai baju basulau.
Bentuknya berupa rompi yang dihiasi cangkang kerang bernama sulau, menciptakan tampilan yang unik sekaligus mistis.
Baju ini bukan sekadar busana, melainkan juga pelindung yang dipercaya mampu menangkal gangguan roh jahat serta pengaruh dari niat buruk manusia terhadap pemakainya.
ADVERTISEMENT
Material yang digunakan berasal dari serat alam seperti daun nenas, daun lemba, tengang, dan nyamu yang merupakan bagian dari ekosistem hutan tropis Kalimantan.
Kulit nyamu yang keras dan berserat diproses hingga dapat dijalin menjadi rompi kokoh, lalu dihiasi dengan tempelan artistik seperti kulit trenggiling, uang logam, kancing, hingga azimat.
Hiasan-hiasan tersebut bukan sekadar pemanis, melainkan dipercaya memiliki kekuatan magis yang memberikan kekebalan terhadap senjata tajam dan senjata api.
Oleh karena itu, pakaian ini kerap digunakan dalam medan perang atau upacara adat penting seperti pernikahan.
Keberadaannya kini semakin langka karena masyarakat mulai beralih ke pakaian modern yang lebih praktis, meskipun nilai historisnya tetap dijaga.
Selain baju sangkarut, pakaian adat Kalimantan Tengah juga meliputi king baba dan king bibinge.
ADVERTISEMENT
King baba merupakan busana tradisional khusus laki-laki yang dibuat dari kulit kayu yang telah diolah agar lunak.
Proses pelunakan ini dilakukan secara tradisional, menggunakan teknik yang diwariskan secara turun-temurun.
Tekstur kulit kayu yang telah dilunakkan kemudian dibentuk menjadi pakaian yang mengikuti anatomi tubuh, dilengkapi dengan motif-motif khas Dayak yang dilukis menggunakan pewarna alami dari tumbuhan hutan.
Pakaian ini dipakai dalam upacara adat, pertunjukan tari, serta kegiatan budaya yang melibatkan laki-laki sebagai representasi kekuatan dan keberanian.
Sementara itu, king bibinge adalah pakaian adat khusus perempuan yang juga berasal dari bahan kulit kayu yang dilunakkan. Walaupun bahan dasarnya serupa dengan king baba, bentuk dan hiasannya disesuaikan dengan karakteristik feminin.
King bibinge menampilkan keindahan dan kelembutan lewat detail ornamen yang lebih halus dan warna yang lebih beragam.
ADVERTISEMENT
Busana ini tidak hanya menjadi simbol kecantikan perempuan Dayak, tetapi juga menggambarkan peran penting perempuan dalam menjaga keharmonisan adat dan keluarga.
Penggunaan king bibinge biasanya diiringi dengan tarian tradisional dan upacara adat yang mengangkat tema kesuburan, kelimpahan, serta penghormatan kepada leluhur.
Pakaian adat Kalimantan Tengah adalah warisan budaya yang kaya makna dan memperlihatkan hubungan erat antara manusia, alam, dan spiritualitas.
Filosofi yang terkandung dalam setiap detail busana mencerminkan nilai-nilai luhur masyarakat Dayak yang terus dijaga hingga kini. (Shofia)