Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Pendiri Partai Masyumi yang Berawal dari Organisasi Islam
7 Februari 2024 19:36 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pendiri Partai Masyumi menjadi tokoh berarti dalam sejarah Indonesia.
Dikutip dari buku Prahara Partai Islam oleh M. Amin Nurdin, dkk., Partai Masyumi menjadi wadah tempat berkumpulnya seluruh partai-partai Islam dan organisasi masyarakat Islam yang sudah ada sejak sebelum kemerdekaan.
ADVERTISEMENT
Lantas, siapa saja pendiri Partai Masyumi?
Pendiri Partai Masyumi
Partai Masyumi berdiri pada 24 Oktober 1943 oleh Jepang ketika masih terlibat dalam Perang Pasifik. Partai ini menjadi partai politik Islam paling besar selama masa Demokrasi Liberal sebelum akhirnya bubar dan dilarang pada 1960.
Mulanya, Masyumi bukan partai , tetapi sebuah organisasi Islam. Organisasi ini dibentuk karena menganggap Masyumi bisa membantu mengembalikan umat Islam di Indonesia.
Ketika itu, Partai Islam Indonesia dan Partai Sarekat Islam Indonesia dilarang Jepang. Bahkan, Jepang memisahkan golongan cendekiawan Islam di kota dengan kyai di pedesaan.
Menurut Jepang, kyai di desa mempunyai peranan lebih penting karena bisa membantu menggerakkan masyarakat untuk mendukung Perang Pasifik.
Di bawah kependudukan Jepang, Masyumi adalah federasi dari empat organisasi Islam, yaitu NU, Muhammadiyah, Persatuan Umat Islam Indonesia, dan Persatuan Umat Islam. Dalam waktu kurang dari satu tahun, Masyumi berhasil menjadi partai politik paling besar.
ADVERTISEMENT
Adapun pendiri Partai Masyumi adalah Moh. Natsir, KH. Wachid Hasyim, dan Kartosuwiryo. Selain itu, ada berbagai tokoh lainnya dalam Partai Masyumi, yaitu:
Meski demikian, Partai Masyumi harus dibubarkan karena berbagai alasan. Salah satunya adalah karena Soekarno ingin merealisasikan obsesi pemikiran mengenai politik, revolusi, dan demokrasi. Selain itu, terjadi konflik panjang antara Masyumi dan Soekarno.
Soekarno juga sering mendapat kritikan dari anggota Partai Masyumi, terutama Moh. Natsir. Partai Masyumi kerap menentang berbagai gagasan maupun kebijaksanaan Soekarno.
Soekarno merasa khawatir apabila Partai Masyumi dibiarkan tetap ada maka dapat mengancam kekuasaan dan menghambat berjalanya Demokrasi Terpimpin.
Itu dia sekilas pembahasan mengenai pendiri Partai Masyumi.(LAU)
ADVERTISEMENT