Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Penemuan Fosil di Situs Sangiran dan Dampaknya
2 November 2024 19:56 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Penemuan fosil di situs Sangiran yang menjadi tahapan penting bagi sejarah manusia adalah sebuah materi yang diajarkan dalam mata pelajaran sejarah. Situs ini berada di Jawa Tengah, sekitar 15 kilometer sebelah utara Surakarta.
ADVERTISEMENT
Kawasan Sangiran terbagi antara 2 kabupaten yaitu Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar. Situs ini dikelola oleh Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran.
Penemuan Fosil di Situs Sangiran dan Dampaknya
Terdapat berbagai dampak yang dirasakan setelah ditemukannya situs sangiran. Berikut adalah penemuan fosil di situs Sangiran dan dampaknya berdasarkan situs website whc.unesco.
1. Sejarah Penemuan Sangiran
Sejarah penemuan sangiran dimulai pada awal abad ke-20. Penemuan ini diinisiasi oleh seorang arkeolog Belanda, Eugène Dubois. Dubois merasa tertarik pada potensi Jawa sebagai lokasi penemuan fosil manusia purba.
Sebelum meneliti sangiran, Dubois telah menemukan fosil yang diberi nama Java Man. Fosil ini adalah manusia purba jenis Pithecanthropus erectus atau sekarang dikenal sebagai Homo erectus. Penemuan ini terjadi di lembah sungai Bengawan Solo, Trinil, Jawa Timur .
ADVERTISEMENT
Penemuan Homo erectus memicu minat lebih lanjut untuk melakukan penelitian di kawasan ini. Pada tahun 1934, seorang ahli geologi Jerman bernama Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald mulai melakukan penelitian di Sangiran.
2. Dampak Penemuan Fosil di Sangiran
Penelitian von Koenigswald menemukan beberapa fosil penting. Penemuan-penemuan ini termasuk fosil Homo erectus yang berasal dari sekitar 1,5 juta tahun yang lalu.
penemuan ini menjadikan Sangiran sebagai salah satu situs awal tempat ditemukannya jejak manusia purba di Asia. Von Koenigswald terus melakukan penelitian di Sangiran dan menemukan lebih banyak fosil manusia purba, serta alat-alat batu dan fosil hewan purba.
Penemuan-penemuan itu memberikan gambaran lengkap tentang kehidupan dan lingkungan manusia purba. Pada tahun 1977, Sangiran secara resmi diakui oleh pemerintah Indonesia sebagai situs cagar budaya.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1996, UNESCO menetapkannya sebagai Situs Warisan Dunia. Situs ini tidak hanya kaya akan fosil manusia purba, tetapi juga fosil hewan prasejarah dan artefak batu yang menunjukkan kehidupan manusia dan fauna pada masa Pleistosen.
Situs Sangiran saat ini telah menjadi pusat penelitian arkeologi dan evolusi manusia, yang menarik perhatian ilmuwan dari seluruh dunia. Dengan lebih dari 100 fosil individu Homo erectus yang telah ditemukan di situs ini.
Sangiran memberikan wawasan luar biasa tentang perkembangan fisik dan sosial manusia purba. Sejak pertama kali ditemukan, fosil-fosil di Sangiran, termasuk fosil Homo erectus, telah mengubah pemahaman mengenai evolusi manusia dan migrasi purba.
Penemuan fosil di situs sangiran yang menjadi tahapan penting bagi sejarah manusia adalah penemuan fosil oleh von Koenigswald. Temuan ini membantu ilmuwan memahami perkembangan manusia purba , khususnya mengenai kemampuan adaptasi dan migrasinya. (Fia)
ADVERTISEMENT