Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.0
Konten dari Pengguna
Pengertian Faktor Kultural yang Menjadi Pendorong Diskriminasi Sosial
18 Mei 2023 21:33 WIB
·
waktu baca 2 menitDiperbarui 7 Agustus 2023 8:13 WIB
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Faktor kultural adalah salah satu aspek yang menjadi pendorong diskriminasi sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini, nilai-nilai, norma, dan kepercayaan yang diwariskan melalui budaya dapat memengaruhi cara pandang serta perilaku masyarakat terhadap kelompok tertentu.
Untuk memahami lebih dalam tentang faktor kultural yang mendorong diskriminasi, mari simak ulasannya di sini.
Pengertian Faktor Kultural
Dikutip dari buku Sosiologi kelas X, faktor kultural adalah nilai yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat .
Nilai-nilai yang telah ditanamkan sejak lahir ini ini juga dapat memengaruhi dan dipengaruhi oleh kehidupan masyarakat. Hal itu kemudian bisa menjadi pemicu timbulnya diskriminasi sosial.
Menurut situs kemenag.go.id, diskriminasi sosial merupakan perlakuan tidak adil atau tidak setara terhadap individu atau kelompok berdasarkan perbedaan tertentu, seperti ras, agama, gender, atau orientasi seksual.
Faktor Kultural yang Mendorong Diskriminasi Sosial
Beberapa faktor kultural yang dapat mendorong terjadinya diskriminasi sosial, antara lain sebagai berikut.
ADVERTISEMENT
1. Stereotip dan Prasangka
Stereotip dan prasangka adalah pandangan dan keyakinan yang berakar dalam budaya yang memengaruhi persepsi terhadap kelompok tertentu.
Budaya dapat membentuk persepsi negatif atau prasangka terhadap kelompok lain berdasarkan karakteristik, seperti ras, agama, atau gender.
Stereotip yang berkembang dalam budaya dapat memperkuat diskriminasi sosial dan menghambat interaksi yang adil dan setara antar kelompok.
2. Tradisi dan Kebiasaan
Tradisi dan kebiasaan yang tertanam dalam budaya dapat menjadi pendorong diskriminasi sosial.
Praktik-praktik yang mengedepankan eksklusivitas atau membedakan perlakuan berdasarkan kelompok tertentu dapat menyebabkan ketimpangan dan ketidakadilan.
Misalnya tradisi yang membatasi peran dan hak individu berdasarkan gender atau etnisitas tertentu dapat memperkuat sistem diskriminasi sosial.
3. Norma Sosial
Norma sosial adalah aturan-aturan tidak tertulis yang mengatur perilaku dan hubungan antarindividu dalam suatu masyarakat. Umumnya, norma sosial dapat memengaruhi sikap dan perilaku terhadap kelompok tertentu.
ADVERTISEMENT
Jika norma sosial yang ada dalam budaya mendukung atau membenarkan diskriminasi. Artinya, diskriminasi sosial cenderung dipertahankan dan terus berlanjut.
4. Kebutuhan akan Identitas dan Afiliasi Kelompok
Budaya sering kali mempertahankan identitas kelompok tertentu. Di mana hal ini dapat menyebabkan diskriminasi terhadap kelompok lain yang dianggap berbeda.
Kebutuhan individu untuk merasa terhubung dengan kelompoknya dapat memunculkan diskriminasi dan eksklusivitas terhadap kelompok lain yang dianggap "asing" atau "berbeda".
5. Pengaruh Pemimpin dan Figur Otoritas
Pemimpin dan figur otoritas dalam budaya dapat memiliki pengaruh besar dalam memperkuat atau menentang diskriminasi sosial.
Jika pemimpin atau figur otoritas mendorong diskriminasi atau tidak memperjuangkan kesetaraan, hal ini dapat memperkuat diskriminasi yang terjadi di dalam masyarakat.
Itulah ulasan mengenai faktor kultural yang menjadi pendorong diskriminasi sosial. (AZS)