Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Pengertian Sistem Autarki Jepang dan Cara Kerjanya
14 Oktober 2024 21:57 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sistem autarki Jepang adalah kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk mencapai kemandirian penuh dalam hal produksi dan konsumsi.
ADVERTISEMENT
Pada era sebelum dan selama Perang Dunia II, Jepang menerapkan kebijakan ini untuk mengurangi ketergantungan pada impor dan meningkatkan kapasitas industri dalam negeri guna mendukung ambisi militer dan ekonomi mereka.
Sistem autarki Jepang berkembang seiring dengan meningkatnya tuntutan perang dan keinginan untuk menjadi negara yang sepenuhnya mandiri secara ekonomi.
Pengertian Sistem Autarki Jepang Menurut Ahli
Berikut ini merupakan pengertian dari sistem autarki Jepang menurut beberapa ahli.
1. W.G. Beasley
Dikutip dari buku Japan's Imperialism 1894-1945, Beasley, 1991:78, sistem autarki Jepang adalah upaya negara tersebut untuk memanfaatkan sumber daya dalam negeri dan wilayah kolonialnya.
Ini berguna untuk mencapai swasembada ekonomi dan mendukung kebijakan ekspansionis mereka.
2. E. Herbert Norman
Dikutip dari buku Japan's Emergence as a Modern State, Norman, 1940:145, mengungkapkan bahwa sistem autarki Jepang dirancang untuk mengembangkan ekonomi yang terisolasi dari pasar internasional dan lebih fokus pada kebutuhan domestik.
ADVERTISEMENT
Norman mencatat bahwa kebijakan ini memprioritaskan kontrol penuh atas produksi barang-barang strategis, seperti baja dan minyak, yang sangat penting bagi ambisi militer Jepang.
Cara Kerja Sistem Autarki Jepang
Sistem autarki Jepang beroperasi dengan memusatkan seluruh aktivitas ekonomi pada pemanfaatan sumber daya dalam negeri.
Negara ini berusaha mengontrol dan memanfaatkan wilayah koloninya, seperti Korea dan Manchuria, untuk mendapatkan sumber daya alam yang tidak dimiliki Jepang secara alami.
Selain itu, pemerintah Jepang mengatur produksi secara ketat dan mempromosikan efisiensi industri untuk memenuhi kebutuhan domestik tanpa bergantung pada impor.
Dikutip dari buku Japan's Imperialism 1894-1945, W.G. Beasley, 1991:78, Jepang memperkuat sistem autarki ini dengan cara mengintegrasikan wilayah jajahannya sebagai penyedia bahan mentah dan pasar bagi produk-produk industri Jepang.
ADVERTISEMENT
Sumber daya yang dikendalikan oleh Jepang dari wilayah kolonialnya dimanfaatkan untuk mendukung industri dan militer mereka, termasuk produksi baja, minyak, dan bahan makanan.
Dalam praktiknya, sistem autarki Jepang juga menciptakan dampak negatif, terutama karena isolasi ekonomi yang semakin dalam.
Keterbatasan sumber daya domestik mengakibatkan tekanan ekonomi yang berat di Jepang, memaksa negara ini mengambil langkah-langkah ekstrem, seperti ekspansi militer untuk mengamankan lebih banyak sumber daya.
Sistem autarki Jepang menunjukkan bagaimana negara ini berusaha menciptakan kemandirian ekonomi melalui kebijakan swasembada, yang kemudian turut mempengaruhi dinamika politik dan militer Jepang pada era tersebut.
Kebijakan ini berakhir setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, ketika mereka kembali membuka diri terhadap perdagangan internasional. (Iqbal)
ADVERTISEMENT