Konten dari Pengguna

Peralihan Rute Perdagangan Darat ke Rute Perdagangan Laut

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
7 Januari 2025 1:11 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Peralihan Rute Perdagangan Darat ke Rute Perdagangan Laut, Foto: Pexels/Ayrat
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Peralihan Rute Perdagangan Darat ke Rute Perdagangan Laut, Foto: Pexels/Ayrat
ADVERTISEMENT
Jalur perdagangan di masa kuno dikenal dengan sebutan Jalur Sutra. Jalur ini memiliki dua jenis yaitu jalur darat dan jalur laut. Ada salah satu negara yang diuntungkan dari peralihan rute perdagangan darat ke rute perdagangan laut.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari Mega Proyek Tiongkok : Jalur Sutra Abad 21 dan Konektivitas ASEAN, (2017), dalam situs pssat.ugm.ac.id, Jalur Sutra merupakan jalur perdagangan kuno yang menghubungkan Barat dan Timur.
Nama Jalur Sutra diambil karena komoditas perdagangan Tiongkok banyak berupa sutra. Lintasan Jalur Sutra tersebut memiliki banyak cabang dari ibu kota Dinasti Tang Tiongkok di timur ke Roma, ibu kota Italia di barat.

Peralihan Rute Perdagangan Darat ke Rute Perdagangan Laut

Ilustrasi Peralihan Rute Perdagangan Darat ke Rute Perdagangan Laut, Foto: Pexels/Precious Memories Vietnam
Peralihan rute perdagangan darat ke rute perdagangan laut menguntungkan masyarakat di Kepulauan Indonesia. Jalur Sutra memiliki peran untuk memperlancar hubungan dagang pedagang Indonesia dengan pedagang asing.
Mengutip dari laman p2k.stekom.ac.id, Jalur Sutra Maritim merujuk pada jalur laut dari Jalur Sutra kuno yang menghubungkan Tiongkok dengan Asia Tenggara, Kepulauan Indonesia, anak benua India, Semenanjung Arab, Mesir, dan Eropa.
ADVERTISEMENT
Jalur Sutra Maritim ini berkembang antara abad ke-2 SM hingga abad ke-15 M. Jalur perdagangan meliputi sejumlah laut dan samudra; termasuk Laut China Selatan, Selat Malaka, Samudra Hindia, Teluk Benggala, Laut Arab, Teluk Persia, dan Laut Merah.
Rute maritim ini bertahan bersamaan waktunya dengan perdagangan maritim Asia Tenggara yang bersejarah, perdagangan rempah, perdagangan Samudra Hindia, dan setelah abad ke-8, jaringan perdagangan laut bangsa Arab.
Jaringan laut tersebut juga membentang ke timur ke Laut China Timur dan Laut Kuning yang menghubungkan Tiongkok dengan Semenanjung Korea dan Kepulauan Jepang.
Pada Mei 2017, para pakar dari berbagai disiplin ilmu mengadakan pertemuan di London untuk membahas proposal penominasian "Jalur Sutra Maritim" sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO yang baru.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Antara Poros Maritim Dunia dan Jalur Sutra Laut, (2014), dalam situs ir.binus.ac.id, Jalur Sutra laut (maritime silk road) juga merupakan sebuah konsep yang dipopulerkan para pemimpin Tiongkok beberapa tahun belakangan.
Konsep ini dikembangkan bersamaan dengan visi jalur sutra baru yang merupakan sebuah jalur ekonomi yang menghubungkan Tiongkok dengan negara-negara Asia Tengah, Asia Barat, bahkan dengan negara-negara Eropa melalui jalan darat.
Itulah penjelasan tentang peralihan rute perdagangan darat ke rute perdagangan laut menguntungkan masyarakat di Kepulauan Indonesia. Negara-negara ASEAN memegang posisi penting dalam Jalur Sutra Maritim, khususnya Indonesia. (IF)